Terungkap juga warna-warna pada kain menunjukkan filosofi. Warna hitam dan kuning dipandang profan. Sementara putih dan merah dipandang sakral. Contoh yang jelas terlihat pada warga Baduy. Mereka berpakaian hitam karena berada di utara desa. Antarrumah dibuat dengan teknik tertentu agar tidak saling menutupi sinar matahari.
Pasti banyak dari kita belum tahu kalau simbolisme tenun menunjukkan kedewasaan perempuan. Ada pantun tentang hal ini sebagaimana ditunjukkan Aditia: Janganlah mau pada gula/jika belum bisa memukul kawung/Janganlah mau sama kula/jika belum bisa menenun sarung.
Filosofi lain, tanpa menenun tidak ada perempuan dewasa, tanpa perkawinan tidak ada keturunan.
Hari ini saya mendapat pengetahuan baru. Terima kasih Perpusnas. Terima kasih Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), penyelenggara kegiatan ini. Saya hanya bisa berbagi seperti ini. Semoga bermanfaat.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H