Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Candi Borobudur Pada 1814: Masih Tertutup Pepohonan dan Semak Belukar

12 Oktober 2017   12:56 Diperbarui: 2 Mei 2022   19:09 13458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Th. van Erp, pimpinan pemugaran tahap pertama (buklet pameran)

Saat ini orang mengenal Candi Borobudur sebagai bangunan megah nan eksotik dari masa silam. Belum diketahui pasti kapan candi itu didirikan. Kebanyakan masyarakat kita pun cuma tahu kondisi masa sekarang. Bagaimana kondisi masa lalunya ketika baru pertama kali ditemukan?

Candi Borobudur mulai terkuak ketika Gubernur Jenderal Raffles dari Inggris berkuasa di Hindia-Belanda pada 1811-1816. Pada 1814 ketika sedang berkunjung ke Semarang, ia diberitahu adanya sebuah tumpukan batu kuno di Desa Bumisegoro dekat Magelang.

Tak lama kemudian utusan Raffles, Cornelius, menuju Borobudur. Ia mendapati sebuah bukit yang ditumbuhi pepohonan yang rindang dan semak belukar yang cukup lebat.  Di antara itu terkuak banyak batu berukir yang masih tersusun sebagai bangunan. Itulah kondisi awal Candi Borobudur.

Dibantu sekitar 200 penduduk desa, Cornelius melakukan pembersihan. Hampir selama dua bulan mereka bekerja. Masalahnya, kalau bagian-bagian tertentu ditampakkan, justru akan meruntuhkan bangunan. Atas jasa Residen Kedu, Hartman, pada 1835 barulah Borobudur tampak sebagai sebuah bangunan di atas bukit.

Pada 1845 Candi Borobudur mulai didokumentasikan oleh pemotret bernama Schaefer. Sayang, hasilnya dipandang kurang memuaskan. 

Maka pada 1849 tugas pendokumentasian dibebankan kepada Wilsen, seorang juru gambar dari Zeni Angkatan Darat. Pada 1873 Leemans berhasil menerbitkan monografi tantang Candi Borobudur berdasarkan uraian Brumund dan gambar-gambar Wilsen.

Ironisnya, bersamaan dengan terbitnya buku monografi, pada tahun itu juga Candi Borobudur diketahui berada dalam keadaan terlantar.  Banyak bagian candi memperlihatkan gejala akan runtuh. Banyak orang mengusulkan adanya penyelamatan secara nyata.

Pemugaran

Upaya memperbaiki candi yang rusak biasa disebut pemugaran atau rekonstruksi. Pertama kali pemugaran secara besar-besaran dipimpin oleh Theodore van Erp mulai 1907. 

Ia berhasil mengumpulkan batu-batu lepas dari pelataran candi. Ia juga menggali hingga kedalaman satu meter lebih. Hasilnya berupa batu-batu penting seperti kepala banaspati, arca pancuran, arca singa, kepala Buddha, relief cerita, dan masih banyak lagi.

Th. van Erp, pimpinan pemugaran tahap pertama (buklet pameran)
Th. van Erp, pimpinan pemugaran tahap pertama (buklet pameran)
Namun ada keteledoran van Erp ketika melakukan pemugaran. Saat ini kalau kita mengunjungi Candi Borobudur, ada relief cerita yang berwarna kuning. Nah, itu lapisan oker kuning. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun