Selain menulis, saya memiliki kebisaan lain. Dalam sebulan ada saja orang yang berkonsultasi tertulis astrologi dan palmistri kepada saya. Itu yang mendukung kehidupan saya.
Jelas, saya tidak bisa kaya materi dari menulis. Hanya nama saya dikenal luas, baik oleh kalangan arkeologi sendiri maupun kalangan luar. Apalagi saya memiliki blog arkeologi, blog museum, blog numismatik, dan blog astrologi. Belum lagi blog publik Kompasiana dan Indonesiana. Lewat blog arkeologi dan blog museum, sering kali orang bertanya, memberi informasi, bahkan memaki saya. Mungkin dianggapnya saya pegawai di instansi arkeologi. Tentu saja saya selalu merespon semua itu meskipun sebenarnya bukan pekerjaan saya.
Gerakan Menulis Arkeologi
Saya kurang tahu mengapa para arkeolog enggan menulis di media cetak. Sejak lama kelangkaan arkeolog penulis dirasakan sekali. Pada 1983 Mundardjito (pensiunan Guru Besar Arkeologi UI) pernah menulis di buletin Romantika Arkeologia, "Kenyataan telah menunjukkan bahwa sedikit sekali para ahli arkeologi menulis karangan ilmiah populer mengenai kepurbakalaan. Memang belum begitu jelas apakah para ahli itu tidak cukup mampu menulis karangan sejenis itu, atau ada semacam keengganan pada diri mereka, karena beranggapan akan memerosotkan erudisinya sebagai ilmuwan".
Yang jelas saya berusaha membangkitkan para arkeolog muda dan mahasiswa arkeologi lewat kegiatan GEMAR (GErakan Menulis ARkeologi) mulai 2016 lalu. Setiap tulisan ringan dengan bahasa populer yang saya anggap menarik, saya kasih hadiah buku. Semua atas biaya pribadi saya. Sekarang sudah ada beberapa orang yang bisa menulis ringan dan populer. Semoga keterampilan mereka semakin terasah. Saya hanya menanam bibit, instansi arkeologilah yang akan memetik hasilnya.
Arkeologi itu unik. Masa berlangsungnya kebudayaan manusia berlangsung amat lama, sejak ribuan tahun lalu. Juga tersebar di seluruh Nusantara yang begitu luas termasuk di dalam perairan. Tinggalan budayanya terdapat di pekarangan warga, di tengah sawah, bahkan di tempat terpencil. Untuk itu perlu tulisan yang gencar dan berkesinambungan agar masyarakat berapresiasi kepada tinggalan budaya masa lalu.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H