Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kekuatan Penyembuhan Berasal dari Pikiran

21 Mei 2017   10:42 Diperbarui: 21 Mei 2017   18:14 3565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan demikian rupanya mendapat tanggapan serius. Terbukti, rumah-rumah sakit besar yang tadinya mencibir pandangan itu, sekarang secara rutin menurutsertakan program-program yang menggunakan teknik-teknik pikiran-tubuh untuk membantu para pasien menjadi sembuh.

Bapak Kedokteran Hippocrates selalu berkata “Pikiran adalah obat terbaik”. Teori itu kemudian dipraktekkan oleh Dr. Carl Simonton, direktur medis di RS Kanker California. Simonton juga berprofesi sebagai psikolog.

Menurutnya, pikiran dan tubuh sangat berhubungan. Dia menunjukkan cara pandang yang berbeda tentang kanker kepada pasiennya dan menuntun mereka kepada visualisasi positif. Ternyata tingkat kesembuhan pasien di rumah sakitnya menjadi meningkat (Kekuatan Pikiran, 2005).

Sesungguhnya, kita sendiri yang menyakiti diri kita dan kita juga yang menyembuhkan diri kita. Jelas, fenomena penyembuhan Ponari berlaku seperti yang diuraikan di atas: percaya kepada tuah batu sekaligus berpikir positif bahwa kita bisa disembuhkan walaupun dengan batu. Sarananya adalah kekuatan pikiran yang ada di dalam diri kita.

Memang, sulit dinilai secara kasat mata. Namun bagi warga desa atau orang yang tidak mampu (jadi bukan lagi kurang mampu), tentu saja yang diperlukan adalah biaya murah dan kesembuhan.

Mudah-mudahan fenomena Ponari akan membuka mata pihak berwenang bahwa layanan kesehatan murah atau mungkin gratis perlu diadakan di kantong-kantong kemiskinan. Saat biaya dokter tidak terjangkau, tentu masyakat akan beralih ke pengobatan alternatif yang murah meriah. Kecuali mungkin kalau ada sarana kesehatan yang murah atau gratis macam puskesmas, mereka akan berobat ke sana. Adanya BPJS Kesehatan yang dapat dipergunakan secara mudah diharapkan akan banyak membantu masyarakat golongan bawah.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun