Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Layang-layang Tertua Terlukis pada Dinding Gua Kuno di Sulawesi Selatan

3 Mei 2017   19:56 Diperbarui: 3 Mei 2017   19:59 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar layang-layang di dalam gua kuno di Sulawesi Selatan (Foto: Djulianto Susantio, dari film yang diputar)

Sebenarnya saya ingin datang pada acara pembukaan Pameran Gambar Cadas Indonesia Wimba Kala di Galeri Nasional, 28 April 2017 lalu. Ketika itu pameran dibuka oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid. Entah mengapa tiba-tiba saya terlupa.

Akhirnya berkunjung ke pameran tersebut baru terlaksana 2 Mei lalu. Saya tidak sendirian. Kami berempat ke sana. Mula-mula Dhewy Trisna yang datang. Berikutnya Berthold Sinaulan dan Lulu Istianah. Kecuali Lulu Istianah dari Pendidikan Sejarah, lainnya adalah arkeolog.

Beraneka ragam sebutan

Pasti banyak yang bertanya apa yang dimaksud dengan gambar cadas. Nah, menurut pakarnya, Dr. R. Cecep Eka Permana, gambar cadas memiliki beraneka ragam sebutan, seperti gambar gua, lukisan dinding gua, lukisan cadas, gambar cadas, seni cadas, dan lain-lain. Menurut istilah dalam bahasa Inggris, rock art, cave art,ataurock painting.

Cecep menjelaskan, kata ‘gambar’ digunakan sebagai sebutan yang bersifat umum karena tidak semuanya berupa ‘lukisan’. Sementara mengenai kata cadas, menurut Cecep, digunakan untuk menunjukkan bahwa gambar prasejarah tersebut dibuat atau terdapat pada batuan yang keras (cadas).

Gambar cadas merupakan data penting bagi ilmu pengetahuan, khususnya arkeologi, kesenian, dan sejarah kebudayaan. Hal ini karena gambar merupakan hasil karya manusia. Usia gambar cadas sendiri ribuan tahun. Uniknya, rata-rata gambar cadas menggunakan cat berwarna merah. Mungkin terbuat dari tumbuh-tumbuhan.

Vandalisme

Kami melihat suguhan film tentang gambar cadas. Oh ya, gambar cadas belum pernah ditemukan di Jawa. Entah mengapa gambar cadas ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Yang ironis kami lihat, beberapa gambar cadas dipenuhi vandalisme atau corat-coret. Pasti oleh pengunjung yang tidak menghargai warisan nenek moyang. Padahal gambar cadas terdapat di tempat-tempat yang tinggi, seperti dinding gua, atap gua, dan bukit.

Informasi tentang gambar cadas (Foto: Djulianto Susantio)
Informasi tentang gambar cadas (Foto: Djulianto Susantio)
Gambar cadas ditemukan dalam bentuk yang hampir mirip, meski dengan gaya yang khas pada masing-masing wilayah atau situs. Objek yang digambarkan umumnya berupa cap tangan, binatang, manusia, geometris, dan abstrak. Dari berbagai objek itu kita mendapat informasi bahwa aspek kehidupan manusia masa lalu beraneka ragam.

Layang-layang tertua

Kami kemudian menuju ke bagian belakang. Ada film tentang gambar cadas milik Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Diinformasikan dalam film itu adanya gambar orang sedang memainkan layang-layang khas Sulawesi. Gambarnya memang terkesan abstrak tapi mudah dikenali. Begitu pun gambar layang-layangnya. Diduga 40.000 tahun lalu layang-layang sudah dikenal di Sulawesi Selatan. Inilah layang-layang tertua di dunia. Saat ini layang-layang demikian masih ada dan terbuat dari daun yang disambung-sambung. 

Orang sedang memainkan layang-layang (Foto: Djulianto Susantio, dari film yang diputar)
Orang sedang memainkan layang-layang (Foto: Djulianto Susantio, dari film yang diputar)
Yang unik, peneliti gambar cadas berasal dari Jakarta dan Bandung. Dari Jakarta ada Karina Arifin, R. Cecep Eka Permana, dan Adhi Agus Oktaviana yang kesemuanya arkeolog. Peneliti dari ITB bernama Pindi Setiawan. Pindi sering meneliti gua-gua kuno. Di Kalimantan ada satu gua kuno diberi nama Pindi, karena dialah yang pertama kali mengeksplorasinya.

Pameran gambar cadas masih berlangsung hingga 15 Mei 2017. Dalam rangkaian itu ada seminar (4 Mei 2017), Gallery Tour (29 April, 6 Mei, 13 Mei 2017), dan membuat mural gambar cadas selama pameran berlangsung. Buat yang belum tahu, Galeri Nasional beralamat Jalan Medan Merdeka Timur 14, persis di seberang stasiun Gambir. Tidak dikenakan karcis masuk untuk melihat pameran ini loh. Ayo segeralah merapat ke Galeri Nasional.***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun