Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ekskavasi Arkeologi Bertujuan Menemukan Harta Karun Ilmu

18 Maret 2017   19:35 Diperbarui: 18 Maret 2017   20:55 3384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekskavasi Candi Simangambat, Sumatera Utara

Penemuan sejumlah perhiasan emas di Klaten, juga atas jasa masyarakat awam penggarap tanah. Penemuan secara tidak disengaja memang menuai hasil lebih gemilang daripada ekskavasi oleh arkeolog. Sampai kini sudah banyak penggarap tanah yang diberikan ganjaran berupa uang tunai oleh pemerintah karena jasanya itu.

Analisis temuan-temuan arkeologi
Analisis temuan-temuan arkeologi
Penemuan benda arkeologi memang harus dilaporkan karena benda-benda di dalam tanah dilindungi oleh undang-undang. Masyarakat pun dilarang melakukan ekskavasi. Hanya instansi yang berwenang dan ahli yang berkompeten boleh melakukan ekskavasi. Masyarakat yang melakukan ekskavasi akan dikenakan sanksi hukum karena merupakan kegiatan ilegal.

Ekskavasi tidak hanya dilakukan di daratan. Dalam perairan juga ada ekskavasi. Terutama setelah subdisiplin Arkeologi Bawah Air berkembang. Tentu saja ekskavasi di dalam air jauh lebih rumit karena memerlukan peralatan modern dan tenaga yang terlatih baik.

Meskipun hingga kini banyak temuan arkeologi dalam kondisi tidak utuh, namun arkeolog tetap bekerja menggali ilmu. Di mata arkeolog, benda pecahan pun merupakan data berharga. Apalagi kalau bisa diketahui tarikhnya karena bisa untuk memberi tarikh kepada benda-benda lain. Yang dilihat oleh arkeolog pun adalah konteks atau hubungan dengan temuan-temuan lain. Jelas jauh berbeda dengan minat para kolektor, yang hanya memperhatikan benda-benda bagus atau utuhan.

Demikian cerita singkat tentang ekskavasi arkeologi. Jadi, ekskavasi bukan bertujuan menemukan harta karun emas, melainkan harta karun ilmu. Harta karun inilah yang bisa dipakai sebagai cermin generasi masa kini tentang kearifan nenek moyang, canggihnya teknologi nenek moyang, dan masih banyak lagi. Masa lalu memang cermin untuk masa kini demi masa depan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun