Penemuan sejumlah perhiasan emas di Klaten, juga atas jasa masyarakat awam penggarap tanah. Penemuan secara tidak disengaja memang menuai hasil lebih gemilang daripada ekskavasi oleh arkeolog. Sampai kini sudah banyak penggarap tanah yang diberikan ganjaran berupa uang tunai oleh pemerintah karena jasanya itu.
Ekskavasi tidak hanya dilakukan di daratan. Dalam perairan juga ada ekskavasi. Terutama setelah subdisiplin Arkeologi Bawah Air berkembang. Tentu saja ekskavasi di dalam air jauh lebih rumit karena memerlukan peralatan modern dan tenaga yang terlatih baik.
Meskipun hingga kini banyak temuan arkeologi dalam kondisi tidak utuh, namun arkeolog tetap bekerja menggali ilmu. Di mata arkeolog, benda pecahan pun merupakan data berharga. Apalagi kalau bisa diketahui tarikhnya karena bisa untuk memberi tarikh kepada benda-benda lain. Yang dilihat oleh arkeolog pun adalah konteks atau hubungan dengan temuan-temuan lain. Jelas jauh berbeda dengan minat para kolektor, yang hanya memperhatikan benda-benda bagus atau utuhan.
Demikian cerita singkat tentang ekskavasi arkeologi. Jadi, ekskavasi bukan bertujuan menemukan harta karun emas, melainkan harta karun ilmu. Harta karun inilah yang bisa dipakai sebagai cermin generasi masa kini tentang kearifan nenek moyang, canggihnya teknologi nenek moyang, dan masih banyak lagi. Masa lalu memang cermin untuk masa kini demi masa depan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H