Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Baru Pertama Kali, Disertasi Boechari Berupa Kumpulan Tulisan Terpilih

26 Desember 2016   16:02 Diperbarui: 27 Desember 2016   10:28 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boechari di antara batu-batu candi (Sumber: Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti)

Dunia pendidikan

Boechari lahir di Rembang, 24 Maret 1927. Pada 1950 ia memasuki Jurusan Sejarah pada Fakultas Sastra UI. Di sela-sela kesibukannya, ia mengajar di sekolah swasta. Bersama R.P. Soejono dan Daoed Joesoef,  pada 1951 Boechari mendirikan Perguruan Ksatria yang sampai kini masih ada di bilangan Jalan Percetakan Negara.

Pada 1952 Boechari pindah ke Jurusan Ilmu Purbakala dan Sejarah Kuno Indonesia. Saat itu juga ia bekerja di Dinas Purbakala yang kemudian menjadi Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN).

Pada 1958 Boechari lulus sebagai sarjana dengan skripsi Tembaga Tulis dari Polengan. Keahliannya dalam bidang epigrafi dan sejarah kuno Indonesia serta bakat dan perhatiannya kepada dunia pendidikan, menyebabkan Boechari harus menyisihkan waktu untuk mengajar di UI (1958-1966) dan UGM (1959-1982). Mulai 1967 Boechari  mengabdi di FSUI secara tetap. Di FSUI Boechari pernah menjadi Kepala Lembaga Arkeologi (mulai 1968).

Selama kariernya Boechari banyak mengikuti kegiatan di dalam dan luar negeri. Ia selalu menyajikan makalah yang merupakan hasil penelitiannnya di bidang arkeologi, epigrafi, dan sejarah kuno. Tercatat Boechari telah menghasilkan lebih dari seratus karya tulis yang tersebar dalam berbagai penerbitan di dalam dan luar negeri. Setiap tulisan Boechari mencerminkan cita dan citra seorang perfeksionis.

Disertasi Boechari yang dibukukan
Disertasi Boechari yang dibukukan
Karena ingin sempurna itulah disertasi Boechari tidak pernah rampung, meskipun pembimbingnya, J.G. de Casparis, berkali-kali mengejarnya. Setiap ada data prasasti baru, ia analisis. Ia begitu penasaran dan ingin memperoleh hasil terbaik. 

Akhirnya atas upaya Prof. Koentjaraningrat dan Prof. Soekmono, Boechari tidak diharuskan menulis disertasi lagi. Kemungkinan baru pertama kali di dunia akademik Indonesia, yang dianggap disertasi Boechari berupa kumpulan tulisan terpilih. Boechari cuma diminta membuat kata pengantar dan kata penutup. Namun Boechari tidak berkesempatan mengenyam gelar doktor karena SK Rektor sudah disiapkan untuk jabatan guru besar. Sejak 1 Februari 1991 Boechari diangkat sebagai Guru Besar Madya pada FSUI. Berarti Boechari layak dipanggil Profesor.***

Sumber pendukung tulisan:

Richadiana Kartakusuma. “Prof. Boechari dan Penelitian Epigrafi I*ndonesia,” Jurnal Arkeologi Indonesia 1, hlm. 71-79. Jakarta, Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, 1992.

Hasan Djafar. “Riwayat Hidup Singkat Prof. M. Boechari (Rembang, 24 Maret 1927 – Jakarta, 28 Mei 1991),” Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti, hlm XIII-XVI. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun