Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keramik Kuno Sering Bernilai Fantastis, tetapi Pecahannya Bermanfaat untuk Pertanggalan Arkeologi

9 Desember 2016   11:18 Diperbarui: 9 Desember 2016   11:35 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keramik nonwadah, biasanya berupa hiasan rumah atau benda upacara (Dokpri)
Keramik nonwadah, biasanya berupa hiasan rumah atau benda upacara (Dokpri)
Lewat tahapan analisis keramik diperkirakan dulunya wilayah Nusantara merupakan salah satu tujuan utama pedagang-pedagang asing. Dari perdagangan, hubungan antarnegara berkembang menjadi hubungan sosial, misalnya perkawinan. Terjadi juga hubungan politik, misalnya invasi. Banyak warga pendatang kemudian merasa kerasan tinggal di Nusantara, selanjutnya menetap di sini sampai beranak pinak.

Adanya keramik asing di Indonesia tentu tidak lepas dari faktor-faktor seperti itu. Umumnya keramik asing masuk ke Nusantara lewat peristiwa perdagangan, persahabatan antarpenguasa, dan migrasi atau perpindahan penduduk, sebagai barang dagangan, barang hadiah, dan barang bawaan.

Keramik asing yang ditemukan di Indonesia pada dasarnya menunjukkan corak dan bentuk yang berbeda-beda. Di Indonesia peninggalan keramik Tiongkok paling banyak jumlahnya dibandingkan keramik dari negara-negara lain. Kemungkinan hubungan dengan Tiongkok terjalin erat sejak abad ke-6, meskipun sebelumnya hubungan dagang juga sudah berlangsung. 

Pada awalnya keramik memiliki beragam fungsi. Fungsi utamanya adalah sebagai wadah keperluan sehari-hari dan sebagai benda hiasan. Keramik juga banyak dipakai sebagai benda upacara keagamaan dan bekal kubur. Sebagai bekal kubur keramik disertakan dalam peti kubur orang mati.

Umumnya bentuk-bentuk keramik yang dulu dibuat, disesuaikan dengan alat-alat kehidupan sehari-hari ataupun hiasan. Artefak-artefak keramik yang berhasil diidentifikasi atau direkonstruksi menunjukkan bentuk-bentuk seperti piring, mangkok, cangkir, sendok, ceret, kendi, guci, buli-buli, cepuk, jambangan, pedupaan, tempat buah, arca, hiasan tembok, dan lubang angin.

Untuk memperindah keramik, para seniman atau perajin melengkapinya dengan berbagai corak hiasan. Corak terbanyak adalah tokoh manusia dan tokoh dewa. Berikutnya corak pemandangan alam, gejala alam, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Corak lain yang disenangi berupa bangunan, huruf, hewan dongeng, dan simbol. Mereka mengerjakan corak-corak tersebut berdasarkan teknik-teknik yang mereka kuasai, seperti mengoles, mencap, menempel, mencetak, melukis, mengukir, dan menggores.

Perkembangan

Pada abad-abad awal, umumnya keramik-keramik yang ditemukan di Indonesia terdiri atas warna tunggal (monokrom), misalnya hijau (seladon), hitam, coklat, biru, putih, merah, dan kuning. Dalam sedikit kasus, ada warna tunggal yang berubah karena perbedaan suhu dalam pembakaran. Akibatnya glasir menjadi retak-retak. Saat ini keramik yang disebut endok remek atau pecah seribu itu sering menjadi buruan kolektor.

Sesuai perkembangan zaman, maka kemudian warna ganda (polikrom) banyak dipakai. Di antara sekian banyak warna, yang terkenal adalah keramik Tiongkok yang disebut “barang biru putih” karena hampir seluruh keramik didominasi warna biru dan putih.

Sebenarnya keramik kuno banyak sekali memberi bantuan kepada penulisan sejarah. Banyak informasi terdapat di dalamnya. Bantuan tersebut sering memberikan dukungan atau setidaknya koreksi terhadap penafsiran terdahulu. Sayang, mereka yang berminat pada bidang keramologi masih sangat jarang.

Keramik asing umumnya sudah memiliki data tertentu sehingga memudahkan penzamanan. Kita tinggal mengikuti saja dengan cara membanding-bandingkan. Untuk menarik umur, bisa digunakan cara-cara perbandingan gaya dari lukisan, warna, bentuk benda, dan cara pelukisan. Cara yang paling modern adalah menggunakan ilmu stratigrafi tanah dan pemeriksaan dengan radio-carbon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun