Salah satu benda peninggalan masa lalu yang paling banyak diburu orang adalah keramik. Tentu saja memiliki keramik identik dengan memperoleh gengsi. Keramik termasuk salah satu koleksi yang berharga jual mahal. Karena itu keramik berperan besar untuk meningkatkan status sosial si kolektor.
Sampai kini keramik merupakan benda investasi yang banyak penggemarnya. Di Indonesia kolektor keramik tergabung dalam Himpunan Keramik Indonesia. Meskipun dipandang berharga tinggi, sebenarnya ada juga sejumlah koleksi yang relatif murah. Koleksi keramik menjadi menarik karena sering kali dijadikan dekorasi ruangan.
Keramik adalah istilah untuk menunjukkan semua benda yang terbuat dari tanah liat bakar. Ada tiga jenis bahan keramik yang selama ini dikenal, yaitu tembikar, bahan batuan, dan porselen. Bahan batuan atau stoneware, berwarna agak keabuan dan mengandung feldspar, alumina, silikat, soda, dan kaolin. Tembikar atau gerabah terbuat dari tanah liat biasa. Umumnya tembikar agak lunak karena faktor pembakaran, sehingga mudah pecah.
Porselen merupakan bahan terbaik, umumnya berwarna putih karena banyak mengandung kaolin, yaitu tanah liat yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan yang didominasi oleh unsur silika dengan campuran feldspar dan alumina. Porselen dibakar pada suhu tinggi, lebih dari 1300o C, sehingga memiliki tingkat kebeningan dan kekompakan yang baik.
Harga keramik kuno memang selalu dinilai fantastis. Tak dimungkiri kalau benda-benda asal kapal kargo yang tenggelam di perairan Cirebon dan tiga kali gagal dilelang itu, berharap pemasukan besar dari keramik. Di mancanegara dalam suatu pelelangan, sepotong keramik kuno pernah terjual seharga miliaran rupiah. Ini tentu membuktikan bahwa keramik memiliki pesona dan nilai komersial tersendiri.
Sebenarnya, harga mahal bukan tergantung kekunoan saja. Keunikan, kelangkaan, dan bersifat edisi terbatas (limited edition) juga menjadi bahan pertimbangan. Keramik sering kali hanya dibuat beberapa potong untuk cendera mata kepada raja. Keramik seperti inilah yang unik, langka, dan berharga selangit. Lain halnya kalau keramik dibuat untuk benda dagang. Karena diproduksi secara masal, maka banyak dijumpai di mana-mana. Tentu saja berdampak pada harga yang lebih murah.
Di antara keramik dari sejumlah negara, keramik kuno buatan Tiongkok paling banyak diminati kolektor. Sejak berabad-abad lampau, memang keramik Tiongkok menyebar ke berbagai negara, termasuk ke Nusantara. Tiongkok pun diakui sebagai ’negeri keramik’, sehingga masterpiece keramik selalu berasal dari sana.
Keramolog
Keramik kuno juga menjadi perhatian utama dari para arkeolog, terutama yang mengambil spesialisasi keramologi. Bedanya adalah kalau kolektor hanya berminat pada keramik utuh, para arkeolog justru sering kali harus memeras informasi dari pecahan keramik. Sejak lama pecahan keramik kuno hampir selalu ditemukan di situs-situs arkeologi di seluruh Indonesia.
Meskipun berupa pecahan, informasi berharga selalu didapat dari analisis keramik. Di samping prasasti, keramik memang merupakan artefak arkeologi yang sangat penting. Ini karena prasasti dan keramik sama-sama merupakan artefak bertanggal mutlak. Artinya, kehadiran benda-benda itu menandai zaman tertentu sehingga mudah bagi arkeolog untuk menentukan suatu kronologi.
Keramik selalu mempunyai tanda-tanda tertentu. Setiap dinasti di Tiongkok, umpamanya, memiliki ciri khusus yang diterakan pada keramik. Pertanggalan pada keramik itulah yang menjadi acuan para arkeolog.
Adanya keramik asing di Indonesia tentu tidak lepas dari faktor-faktor seperti itu. Umumnya keramik asing masuk ke Nusantara lewat peristiwa perdagangan, persahabatan antarpenguasa, dan migrasi atau perpindahan penduduk, sebagai barang dagangan, barang hadiah, dan barang bawaan.
Keramik asing yang ditemukan di Indonesia pada dasarnya menunjukkan corak dan bentuk yang berbeda-beda. Di Indonesia peninggalan keramik Tiongkok paling banyak jumlahnya dibandingkan keramik dari negara-negara lain. Kemungkinan hubungan dengan Tiongkok terjalin erat sejak abad ke-6, meskipun sebelumnya hubungan dagang juga sudah berlangsung.
Pada awalnya keramik memiliki beragam fungsi. Fungsi utamanya adalah sebagai wadah keperluan sehari-hari dan sebagai benda hiasan. Keramik juga banyak dipakai sebagai benda upacara keagamaan dan bekal kubur. Sebagai bekal kubur keramik disertakan dalam peti kubur orang mati.
Umumnya bentuk-bentuk keramik yang dulu dibuat, disesuaikan dengan alat-alat kehidupan sehari-hari ataupun hiasan. Artefak-artefak keramik yang berhasil diidentifikasi atau direkonstruksi menunjukkan bentuk-bentuk seperti piring, mangkok, cangkir, sendok, ceret, kendi, guci, buli-buli, cepuk, jambangan, pedupaan, tempat buah, arca, hiasan tembok, dan lubang angin.
Untuk memperindah keramik, para seniman atau perajin melengkapinya dengan berbagai corak hiasan. Corak terbanyak adalah tokoh manusia dan tokoh dewa. Berikutnya corak pemandangan alam, gejala alam, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Corak lain yang disenangi berupa bangunan, huruf, hewan dongeng, dan simbol. Mereka mengerjakan corak-corak tersebut berdasarkan teknik-teknik yang mereka kuasai, seperti mengoles, mencap, menempel, mencetak, melukis, mengukir, dan menggores.
Perkembangan
Pada abad-abad awal, umumnya keramik-keramik yang ditemukan di Indonesia terdiri atas warna tunggal (monokrom), misalnya hijau (seladon), hitam, coklat, biru, putih, merah, dan kuning. Dalam sedikit kasus, ada warna tunggal yang berubah karena perbedaan suhu dalam pembakaran. Akibatnya glasir menjadi retak-retak. Saat ini keramik yang disebut endok remek atau pecah seribu itu sering menjadi buruan kolektor.
Sesuai perkembangan zaman, maka kemudian warna ganda (polikrom) banyak dipakai. Di antara sekian banyak warna, yang terkenal adalah keramik Tiongkok yang disebut “barang biru putih” karena hampir seluruh keramik didominasi warna biru dan putih.
Sebenarnya keramik kuno banyak sekali memberi bantuan kepada penulisan sejarah. Banyak informasi terdapat di dalamnya. Bantuan tersebut sering memberikan dukungan atau setidaknya koreksi terhadap penafsiran terdahulu. Sayang, mereka yang berminat pada bidang keramologi masih sangat jarang.
Keramik asing umumnya sudah memiliki data tertentu sehingga memudahkan penzamanan. Kita tinggal mengikuti saja dengan cara membanding-bandingkan. Untuk menarik umur, bisa digunakan cara-cara perbandingan gaya dari lukisan, warna, bentuk benda, dan cara pelukisan. Cara yang paling modern adalah menggunakan ilmu stratigrafi tanah dan pemeriksaan dengan radio-carbon.
Suatu hal yang amat menguntungkan adalah apabila kita menemukan keramik yang ada tulisannya karena biasanya tulisan-tulisan tersebut berisi petunjuk tentang benda tersebut. Nilai seni dan nilai keilmuan pada keramik memang tidak ada duanya.***
Penulis: Djulianto Susantio,berdasarkan tulisan-tulisan Abu Ridho
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H