Adanya keramik asing di Indonesia tentu tidak lepas dari faktor-faktor seperti itu. Umumnya keramik asing masuk ke Nusantara lewat peristiwa perdagangan, persahabatan antarpenguasa, dan migrasi atau perpindahan penduduk, sebagai barang dagangan, barang hadiah, dan barang bawaan.
Keramik asing yang ditemukan di Indonesia pada dasarnya menunjukkan corak dan bentuk yang berbeda-beda. Di Indonesia peninggalan keramik Tiongkok paling banyak jumlahnya dibandingkan keramik dari negara-negara lain. Kemungkinan hubungan dengan Tiongkok terjalin erat sejak abad ke-6, meskipun sebelumnya hubungan dagang juga sudah berlangsung.
Pada awalnya keramik memiliki beragam fungsi. Fungsi utamanya adalah sebagai wadah keperluan sehari-hari dan sebagai benda hiasan. Keramik juga banyak dipakai sebagai benda upacara keagamaan dan bekal kubur. Sebagai bekal kubur keramik disertakan dalam peti kubur orang mati.
Umumnya bentuk-bentuk keramik yang dulu dibuat, disesuaikan dengan alat-alat kehidupan sehari-hari ataupun hiasan. Artefak-artefak keramik yang berhasil diidentifikasi atau direkonstruksi menunjukkan bentuk-bentuk seperti piring, mangkok, cangkir, sendok, ceret, kendi, guci, buli-buli, cepuk, jambangan, pedupaan, tempat buah, arca, hiasan tembok, dan lubang angin.
Untuk memperindah keramik, para seniman atau perajin melengkapinya dengan berbagai corak hiasan. Corak terbanyak adalah tokoh manusia dan tokoh dewa. Berikutnya corak pemandangan alam, gejala alam, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Corak lain yang disenangi berupa bangunan, huruf, hewan dongeng, dan simbol. Mereka mengerjakan corak-corak tersebut berdasarkan teknik-teknik yang mereka kuasai, seperti mengoles, mencap, menempel, mencetak, melukis, mengukir, dan menggores.
Perkembangan
Pada abad-abad awal, umumnya keramik-keramik yang ditemukan di Indonesia terdiri atas warna tunggal (monokrom), misalnya hijau (seladon), hitam, coklat, biru, putih, merah, dan kuning. Dalam sedikit kasus, ada warna tunggal yang berubah karena perbedaan suhu dalam pembakaran. Akibatnya glasir menjadi retak-retak. Saat ini keramik yang disebut endok remek atau pecah seribu itu sering menjadi buruan kolektor.
Sesuai perkembangan zaman, maka kemudian warna ganda (polikrom) banyak dipakai. Di antara sekian banyak warna, yang terkenal adalah keramik Tiongkok yang disebut “barang biru putih” karena hampir seluruh keramik didominasi warna biru dan putih.
Sebenarnya keramik kuno banyak sekali memberi bantuan kepada penulisan sejarah. Banyak informasi terdapat di dalamnya. Bantuan tersebut sering memberikan dukungan atau setidaknya koreksi terhadap penafsiran terdahulu. Sayang, mereka yang berminat pada bidang keramologi masih sangat jarang.
Keramik asing umumnya sudah memiliki data tertentu sehingga memudahkan penzamanan. Kita tinggal mengikuti saja dengan cara membanding-bandingkan. Untuk menarik umur, bisa digunakan cara-cara perbandingan gaya dari lukisan, warna, bentuk benda, dan cara pelukisan. Cara yang paling modern adalah menggunakan ilmu stratigrafi tanah dan pemeriksaan dengan radio-carbon.