Kualitas bahan amat berpengaruh pada tingkat kerusakan, meskipun berasal dari masa yang sama. Umumnya bahan-bahan logam terkena oksidasi sehingga berkarat, bahkan menghilangkan sebagian dari fisik benda itu. Lain halnya benda batu dan benda kayu. Batu terkena jamur sehingga berbintik putih dan kayu menderita keretakan akibat terlalu kering.
Kegiatan konservasi koleksi museum dilakukan dengan peralatan khusus, dilengkapi laboratorium yang memadai. Karena kendala dana, maka hanya museum-museum tertentu yang mampu memiliki laboratorium konservasi. Sampai sejauh ini peralatan konservasi yang cukup lengkap dimiliki oleh Museum Nasional dan Balai Konservasi (kini Pusat Konservasi) Cagar Budaya, instansi di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
Bidang konservasi
Secara organisatoris Museum Nasional memiliki sebuah unit kerja, yakni bidang konservasi. Unit ini melakukan upaya perawatan dan pembersihan koleksi museum secara rutin. Setiap benda ditangani khusus berdasarkan jenis bahan. Terhadap koleksi arca batu, misalnya, dilakukan pembersihan secara periodik. Meskipun terlindung di bawah atap, bukan berarti koleksi-koleksi tersebut bebas dari masalah. Banyak debu menempel pada seluruh permukaan arca. Malah sering kali dijumpai sarang semut dan kotoran burung bersama kotoran kelelawar pada sejumlah arca batu.
Arca-arca batu umumnya ‘dimandikan’ dengan air yang dicampur zat tertentu. Konservator Museum Nasional, Ita Yulita Singgam pernah mengatakan, sebelum ‘dimandikan’ harus dilakukan pengecekan terhadap semua arca terlebih dulu, apakah stabil di tempatnya ataukah ada arca yang terbuat dari batu lunak. Jika terbuat dari batu lunak hal ini sangat membahayakan, karena arca tersebut dapat hancur jika diberi tekanan.
Pembersihan biasanya menggunakan kompresor sehingga air yang keluar dari selang memiliki tekanan yang cukup kuat untuk mengangkat debu, sarang semut, dan kotoran burung atau kelelawar. “Debu adalah musuh terbesar museum dan galeri di negara tropis seperti di Indonesia. Oleh karena itu sebaiknya secara reguler, vitrin di dalam ruangan juga dibersihkan,” kata Ita.
Kegiatan ini kelihatannya sederhana, namun sesungguhnya amat berat karena menuntut ketelitian dan prinsip-prinsip ilmiah. Agar akurat setiap koleksi harus dipotret terlebih dulu. Ini dimaksudkan untuk mengenal posisi dan mempermudah peletakan koleksi tersebut di tempatnya semula.
Logam dan kayu
Perawatan yang lebih sulit dihadapi koleksi logam dan koleksi kayu. Pada koleksi museum yang terbuat dari perunggu dan kuningan, misalnya, terjadi proses karat atau korosi secara terus-menerus. Proses ini terjadi karena faktor lingkungan atau tempat penyimpanan.
Pekerjaan konservasi yang pokok adalah membersihkan karat sehingga memberi keamanan pada koleksi itu, sekaligus memberi kenyamanan kepada pengunjung untuk menikmatinya.
Pembersihan dilakukan dengan cara fisika dan cara kimia. Tindakan konservasi bertujuan untuk meminimalisasi zat-zat klorida yang terkandung dalam benda sehingga dapat menyelamatkan koleksi tersebut dari proses kehancuran. Sementara terhadap koleksi yang masih relatif baik, hanya dilakukan perawatan. Tujuannya adalah agar koleksi tidak terkena ‘penyakit’. Caranya adalah dengan mengendalikan kelembaban dan suhu udara atau mengisolasi koleksi dari pengaruh pencemaran udara.