Pasti banyak yang belum tahu apa yang disebut rujak Shanghai. Berbeda dengan rujak kebanyakan, rujak Shanghai tidak berisi buah atau sayur macam kol, tauge, nanas, dan mangga. Melainkan berisi kangkung, lobak, cumi-cumi dan ubur-ubur yang diguyur saos tomat dan bubuk kacang tanah. Ditambah minuman sarsaparila cap badak buatan Pematangsiantar, rasanya, hmmm… lezat… Meskipun berlima, kami cuma memesan satu porsi. Maklum masih banyak sasaran kuliner lain.
Dari sini kami jalan lagi. Tujuan berikutnya rumah makan tempo doeloe “Lao Hoe”. Tempat ini memang kecil tapi banyak ragam makanan dijual. Rupanya bagian belakang merupakan rumah tinggal. Rumah makan ini terletak di Jalan Pancoran 5/10, tapi lebih populer Gang Kalimati Glodok.
Blusukan tetap diteruskan, meskipun perut terasa berat. Melihat-lihat rumah berarsitektur Tionghoa termasuk wihara kuno. Jalan Toko Tiga Seberang terlewati. Kembali menuju Jalan Pancoran dan mampir di Pancoran Tea House yang belum lama diresmikan. Sebelumnya di tempat ini berdiri Apotheek Chung Hwa yang berdiri pada 1928.
Gedung itu berlantai dua, jadi lebih mewah daripada rumah-rumah makan yang kami datangi sebelumnya. Karena berada di kawasan kota tua, gedung cagar budaya itu diibaratkan pintu gerbang menuju kawasan kota tua. Kami memesan dua teko teh dan dua porsi makanan kecil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H