Apalah jadinya jika masyarakat mendapatkan uang tidak sempurna seperti dalam gambar? Karena kebanyakan masyarakat masih awam, bisa dipastikan sebagian besar dari kita akan menukarkan atau mengembalikan uang tersebut kepada si pemberi uang. Buat sebagian besar masyarakat, memang uang tidak sempurna seperti itu ibarat 'sampah'. Namun bagi segelintir orang, uang tersebut seperti 'emas'. Meskipun masih beredar di pasaran, harga jual uang 'aneh' seperti itu bisa dua-tiga kali dari harga nominalnya.
Kalangan numismatis atau kolektor uang menyebutnya uang error. Pencetakan uang ini tidak sempurna. Huruf B pada Bank Indonesia dan huruf L pada Lima Ribu Rupiah terpotong karena kesalahan manusia.
Sampai kini sejumlah numismatis berhasil mengidentifikasi beberapa jenis uang error. Umumnya termasuk kategori salah potong atau pemotongan yang tidak sempurna (simetris). Jenis lain yang sesekali dijumpai adalah bagian ujung yang menyembul keluar akibat terlipat ketika dalam posisi pemotongan.
Uang error meskipun masih berfungsi sebagai alat transaksi, menjadi salah satu koleksi yang dicari para numismatis. Tujuannya, untuk memperkaya perbendaharaan koleksi numismatik. Maklum, mata uang tidak diterbitkan setiap tahun sebagaimana filateli. Jadi itulah bentuk kreativitas para numismatis.
Jenis lain yang dicari adalah nomor istimewa, antara lain berurutan (misalnya 123456 atau 987654), nomor sama (misalnya 111111 atau 777777), dan diawali atau diakhiri angka nol (misalnya 000001 atau 500000). Yang juga termasuk nomor istimewa berkenaan dengan peristiwa penting, misalnya 170845 (hari proklamasi kemerdekaan RI) atau 060708 bermakna 6 Juli 2008).
ORI
Uang rupiah yang kita kenal sekarang berawal dari penerbitan ORI (Oeang Repoeblik Indonesia). Pada awalnya, meskipun sudah merdeka pada 17 Agustus 1945, kita masih belum memiliki mata uang sendiri. Padahal, mata uang merupakan komponen penting bagi sebuah negara merdeka. Uniknya, pada saat bersamaan beredar tiga jenis mata uang sekaligus di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang Pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang Pendudukan Jepang.
Pada 6 Maret 1946 panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah yang dikuasai Sekutu. Mau tidak mau pemerintah RI berupaya untuk menindaklanjuti pengumuman NICA tersebut dengan mengedarkan ORI. Hanya peredaran ORI tersebut membutuhkan dana. Namun akhirnya usaha penerbitan uang berhasil. Pada 30 Oktober 1946 beredar emisi pertama uang kertas ORI. Tanggal itulah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Keuangan, meskipun pada ORI seri pertama itu tertera tanggal 17 Oktober 1945. Pecahan yang diedarkan bernominal 1 sen, 5 sen, 10 sen, ½ rupiah, 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah, dan 100 rupiah (Banknotes and Coins from Indonesia 1945-1990,1991).
Prasejarah
Dalam bentuknya yang paling primitif, uang sudah diproduksi sejak zaman prasejarah. Pada masa ini masyarakat belum mengenal sumber tertulis, seperti prasasti. Karena itu, meskipun belum mendalam, numismatik sering kali menjadi subdisiplin dari ilmu arkeologi. Nilai uang ditentukan oleh berat dan jenis bahan yang dipakai (intrinsik) atau oleh satuan angka yang tercantum padanya (nominal).
Uang dapat dibedakan dari benda atau artefak lain karena memiliki sejumlah komponen pengenal, yakni angka tahun, nama negara, nama penguasa yang mengeluarkan, lambang atau gambar yang berhubungan dengan negara atau kerajaan, nilai nominal, dan sejumlah ciri fisik untuk menghindari pemalsuan. Uang yang tidak memiliki ciri-ciri seperti itu, terlebih mengandung tulisan, disebut anepigraphic. Banyak uang kuno berciri demikian. Hal ini tentu saja dapat dimaklumi karena dulu teknologi masih sangat sederhana. Uang pun hanya dibuat dari benda-benda keras dan mudah didapat, seperti batu, kacang-kacangan, manik-manik, dan kaca.
Menurut bahannya, uang dibedakan atas uang batu, uang kertas, dan uang logam. Uang batu jarang ditemukan di Indonesia, tetapi banyak digunakan oleh masyarakat di Kepulauan Pasifik. Bentuknya bulat, berukuran besar, dengan atau tanpa lubang di tengahnya. Uang ini terutama muncul dan digunakan oleh masyarakat berlatar tradisi megalitik. Uang seperti ini sangat unik. Alangkah baiknya kalau museum uang di Indonesia memiliki fotonya. Beruntung kalau memiliki koleksi aslinya.