Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama Artikel Utama

Dokter Goenawan: Jabatan Pemerintah Idealnya Dipegang Orang Berpendidikan, Bukan Berdasarkan Keturunan

26 Oktober 2016   18:56 Diperbarui: 27 Oktober 2016   14:22 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung STOVIA yang sekarang menjadi Museum Kebangkitan Nasional (Dokpri)

“Dari jauh ia mengikuti semua langkah saya, sehingga orang yang mengetahui hubungan ini mempunyai keyakinan bahwa saya ini hanya wayang, Goenawan dalangnya,” kata Soetomo.

Pada 1927-1928 Goenawan mendapat kesempatan kembali mengunjungi Belanda untuk mengadakan penelitian di bidang penyakit paru-paru. Ia sering mengadakan pertemuan dengan para pemuda.

Dari Belanda ia menulis surat kepada Soetomo, “Janganlah kamu sokong lagi segerombolan pemuda-pemuda itu, karena agaknya budinya sudah rusak. Di antara mereka, hanya Hatta yang boleh dihormati, meskipun pendirian kita berlainan. Hatta sungguh-sungguh mempunyai sifat dan tabiat yang boleh diharapkan kelak kemudian hari akan kebaikannya”.

Sekembali ke Tanah Air, Goenawan ditugaskan di Rumah Sakit Umum di Semarang.  Pada 1929 Goenawan meninggal. Ia dimakamkan di Ambarawa, Jawa Tengah.

Nah, begitulah biografi singkat dokter Goenawan Mangoenkoesoemo. Ia meninggal dalam usia muda, 41 tahun. Namun jasanya buat bangsa Indonesia cukup besar.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun