Sebagai Yama (Dewa Maut), disyaratkan raja harus menghukum para pencuri dan penjahat. Dengan demikian kerajaan menjadi tenteram.
Sebagai Surya (Dewa Matahari), diharapkan raja menarik pajak dari rakyatnya sedikit demi sedikit, seperti halnya matahari menguapkan air di bumi sedikit demi sedikit, sehingga tidak memberatkan.
Sebagai Soma (Dewa Bulan), raja harus membuat bahagia seluruh rakyatnya dengan senyumannya yang bagaikan amerta (air suci). Disyaratkan, tindak tanduk raja tidak “memabukkan” rakyatnya dan mampu mengubah sesuatu yang jelek menjadi baik sebagaimana air amerta itu.
Sebagai Wayu (Dewa Angin), raja harus mampu menyusup ke tempat-tempat tersembunyi. Artinya raja harus senantiasa mengetahui hal-ikhwal rakyatnya dan semua gejolak di berbagai lapisan masyarakat.
Sebagai Kuwera (Dewa Kekayaan), disyaratkan raja menikmati kekayaan duniawi, bukan kekayaan materi.
Sebagai Waruna (Dewa Laut) yang bersenjatakan jerat, raja harus menjerat semua penjahat.
Sebagai Agni (Dewa Api), raja harus membasmi semua musuhnya dengan segera. Yang termasuk musuh raja adalah pencuri dan penjahat, ketakutan, kelicikan, keragu-raguan, dan segala hal yang menghambat dinamika kehidupan bernegara.
Di sebelah selatan patung tersebut terdapat prasasti yang berbunyi: “Kuhantarkan kau, melanjutkan perjuangan, mengisi kemerdekaan dengan pembangunan yang tiada mengenal akhir”. Ketika pertama kali dibuat, patung ini berwarna kekuning-kuningan karena terbuat dari polyester resin celcoat. Total biaya pembuatan sekitar Rp 300 juta. Pada 2003 patung ini direnovasi dengan biaya sekitar Rp 4 miliar. Pembiayaannya dibantu perusahaan swasta. Saat ini warna patung berubah menjadi coklat.
Sebenarnya buat yang tahu, nama Arjunawijaya terkesan salah kaprah. Mungkin konotasinya benar karena Arjunawijaya berarti ‘kemenangan Arjuna’. Namun para ilmuwan mengenal Arjunawijaya sebagai naskah berbahasa Jawa kuno yang digubah oleh Mpu Tantular pada masa Majapahit. Isinya adalah mengenai peperangan Dasamukha melawan Arjuna Sasrabahu.
Patung ini dilengkapi air mancur dan air terjun. Juga dilengkapi beberapa lampu sorot. Pada siang hari patung ini banyak didatangi pengunjung untuk pengambilan foto. Demikian pula pada malam hari.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H