Mohon tunggu...
Djoko Sulutan
Djoko Sulutan Mohon Tunggu... -

the truth man

Selanjutnya

Tutup

Money

Belajar Bisnis Sedari Usia Dini | Suhardi Rizal

7 Maret 2014   00:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:10 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pendidikan Indonesia jangan ketinggalan dengan Singapura, negara kecil yang mengandalkan bisnis sebagai pemasukan negara. Singapura maju menjadi negara bisnis terbesar di Asia Tenggara berkat pemerintahnya mendorong rakyatnya untuk menjadi pebisnis.

Bagaimana dengan pendidikan bisnis di Indonesia? Memang sulit mengubah stigma masyarakat tentang bisnis. Selama ini, masyarakat Indonesia cenderung memosisikan diri sebagai pembeli/market dari pada sebagi produsen atau penjual.

Akibatnya, pasar Indonesia kebanjiran produk-produk impor dari luar negeri yang kualitasnya belum tentu baik. Dampaknya, produsen dalam negeri sekarat karena gagal bersaing. Sudah saatnya paradigma itu diganti. Mulai sekarang, mari kita tumbuhkan jiwa wirusaha pada generasi muda. agar produk dalam negeri bisa mendominasi pasar Indonesia.

Oleh karena itu, pendidikan dasar kewirausahaan wajib diajarkan di sekolah-sekolah, agar nantinya jiwa enterperneurship bisa dibentuk selagi masa sekolah. Caranya mudah, sekolah menawarkan modal lunak kepada siswa untuk dikelola menjadi usaha bisnis sederhana, tapi bisa menghasilkan profit.

Sekolah Wajib Menyediakan Fasilitas Belajar Bisnis


Memang selama ini ada koperasi sekolah, unit usaha nonprofit. Tapi ternyata, koperasi yang digadang-gadang menjadi tulang punggung ekonomi negara malah mati suri. Tujuan koperasi sangat mulia. Tapi bagaimana koperasi bisa maju kalau pelaku usaha di dalamnya tak ada sama sekali jiwa entrepreneurship? Akibatnya, bisnis berjalan di tempat atau malahan gulung tikar.

Oleh karena itu, dibutuhkan pendidikan enterperneurship guna menambah keahlian berwirausaha. Enterperneurship merupakan individual skill. Jadi, setiap anak harus diuji bagaimana caranya berdagang kecil-kecilan agar menghasilkan laba yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sekolah bertugas menyediakan fasilitas praktik usaha, misalnya kantin, dapur dengan segala pelengkapan, dan lain sebagainya. Selain itu, sekolah pun wajib menggelar agenda mendatangkan ke sekolah pengusaha-pengusaha sukses guna dimintai rahasia berbisnis. Mereka bisa berinteraksi langsung dengan orang yang sudah berpengalaman dalam bisnisnya. Mendatangkan sosok pengusaha diyakini menambah motivasi siswa untuk berniaga.

Belajar dari Kesalahan


Kegagalan merupakan momok yang menghantui benak seseorang, ketika akan menjalankan bisnis. Usahanya gagal bisa membikin hidup semakin sulit, apalagi menjalankan usaha dengan modal pinjaman. Bagi enterpeneur sejati, gagal dalam bisnis adalah hal yang wajar, tak perlu disesali lebih dalam. Melainkan harus dipelajari lagi, letak kesalahannya agar bisa diperbaiki.

Menjalankan usaha itu seperti latihan berenang, terkadang tenggelam karena belum mahir berenang. Ketika tenggelam pun tetap berusaha naik ke atas air agar bisa bernapas. Demikian juga belajar bisnis, ada saatnya tenggelam, tapi jangan kapok, melainkan terus naik ke atas supaya bisa bertahan.

Contohlah Sichiro Honda, pendiri Honda, perusahaan otomotif internasional dari Jepang. Dia membangun perusahaannya yang beberapa kali jatuh bangkrut. Dengan modal kegigihan dan keuletannya, akhirnya perusahaannya menjadi raksasa.

Sichiro Honda mengatakan usahanya itu separuhnya dibangun dari kegagalan, sisanya adalah kesuksesan. Sosok seperti Sichiro Honda patut ditiru oleh anak muda yang mau belajar bisnis demi mengejar masa depan cerah. Oleh karena itu, belajar bisnis sebaiknya dilakukan sedari masa sekolah. Beban latihan lebih ringan, jadi risiko kerugiannya tak seberapa banyak. Dengan begitu, ketika sudah dewasa mereka tak lagi takut dengan kegagalan karena sudah berlatih berbisnis ketika sekolah.

Membangun Jiwa Entrepreneurship

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun