Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi ǀ Bulan Sabit

14 April 2018   07:56 Diperbarui: 14 April 2018   08:04 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan sabit di atas langit

memancar sunyi dalam selimut pagi

bertabur embun hanya sejenak

setelah mentari datang menjenguk

untuk membuka tabir kehidupan



Bulan sabit menatap sayu

di bawah langit orang saling berseteru

membawa meriam, bedil dan racun

menjadikan sengsara tak putus

dari benua ke benua



Bulan sabit hanya seberkas

cahaya kecil yang berpendar

di tengah kesibukan dunia

yang berlarian ke segala arah

mencari damai yang jauh tak terperi



Bulan sabit telah lama sakit

tiada harapan yang muncul barang sekejap

sebab nafsu selalu paling kuasa

memberangus kemanusiaan dan keadilan

sampai kapan, entah sampai kapan

Jakarta, 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun