Mohon tunggu...
djeng sri
djeng sri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - penuliscerita dan freelancer menulis

suka fotografi dan fiksi ;)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bullshit!

16 Maret 2016   10:43 Diperbarui: 16 Maret 2016   10:49 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="copyright by bowobagus'p"][/caption]

Judul: Bullshit!

 

"O Mi Mi, kapanpun kau mau, dimanapun kau ingin, siapapun kau inginkan, pasti 'kan kuberi, kubeli, kucari, pokoknya pokoknya, sungguh," Jon menghapal sambil mematut mimiknya di depan cermin, seolah-olah sedang berbicara beneran dengan pujaannya. Ada getar-getar aneh menjalar saat dia mengulang kata demi kata, liukan nada-nada, dan sebutan sebuah nama: Mi.

"O Mi Mi, Mi Mi, kapan kau mau kucium sayang?"

"Sebentar ya kakak.."

"Aduh kok pake lama ya?"

"Iya kakak, abisnya.. abisnya..."

"Kenapa sih sayang?" Jon alias Jono makin mabuk, melayang, mana dunia nyata, manakah khayalan? Entahlah, di mata dan telinganya hanya berdengung kata-kata dan nama Mi, pun matanya hanya mampu memendarkan bayangannya.

"Ayolah Sayang, mmmmmmuuuaahh, muahhh," mulut Jon memonyong-monyong mirip moncong buaya.

"Bentar kakak.. bentar ah..."

"Kenapa? Kenanapa sayang?"

"Uhhh"

"..."

"BAYAR DULU UTANGMU, woi Jon!"

PLETAK!

"Aduh, Mi, ampun Mi, ampun..."

"Ma Mi Ma Mi nenek lu peyang Jon! Ini mak, sadar eui! Bayar ni bon maksi lu, udah dua ratus rebu ni, mamak nggak bisa belanja tau!"

"Hah?"

"Loh Mi, kau kau kok berubah jadi si emak? Eh mak, Mi kemana mak?

"Mi melulu! Bayar!"

"Loh M M Mi tadi disini kan mak? Katanya mau kucium, tapi sebentar lagi?"

"Hiiiihhh, dasar kadal buntung! Nih cium ulekan nih!"

PLETAK!

Jon makin tak berkutik. Dari arah belakang tiba-tiba melayang sebuah sandal berhak tinggi dengan kecepatan super, hampir saja mampir di keningnya. Setelah itu hujan plastik kecil berwarna merah, mirip bungkus-bungkus "itu" menghujaninya tanpa henti.

"Iya, bayar dulu tuh utangmu mas!"

"Loh loh loh"

"Bayar kasbon makan aja nggak mampu kok mau-maunya merayu dengan sejuta gombal, huh!"

"Loh loh loh kayak suara Mi ya?"

"Apa aku harus ikutan nagih servisku yang blum kau bayar tho mas?"

"Bullshit!"

"Loh loh loh"

 

 

 

*

suatu sore di lembah kelu

kutorehkan sebuah sajak untukmu

entah sampai entah tidak aku tidak tahu,

sebab kudengar sang bayu sedang belajar pada maha Guru

 

 

 

jokja 16 Maret 2016

Sruntul!

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun