“Kau perlu tahu, apa yang kulakukan untukmu itu aku lakukan karena aku ingin melayanimu, tanpa kamu harus memberi balasan.”
“Aku bukan rentenir yang meminta kembalian beserta bunganya! Dan bila akhirnya aku menawarkan kesempatan untuk membelengguku itu, bukan berarti aku meminta imbalan atas kebaikkanku, itu adalah sebuah penawaran tanpa keharusan!”
“Bukan kuitansi tanda minta imbalan atas semua kebaikanku!”
“....”
***
Krik krik krik krik, suar jengkerik terdengar menggema dalam kesunyian. Batinku koyak, hatiku terbang jauh ke atas awan. Tak ada yang tersisa selain raga yang bodoh, tua, dan kehabisan waktu. Kepulan-kepulan asap yang sempat buatku resah dan jengah kini berbalik arah, kurindui tanpa henti.
duhai pelita malam, kemanakah ia, gerangan sang pencinta petang?
Jatuh hariku karena sapanya, letih ragaku karena melodinya
oh masih berasapkah mulutnya, masih berbatang-batangkah sisanya?
Seakan-akan ia ciptakan kabut-kabut tebal, hanya tuk halangiku lihat khadirannya...
duhai lentera senja, kemanakah ia, laju yang tak pernah henti