Mohon tunggu...
djeng sri
djeng sri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - penuliscerita dan freelancer menulis

suka fotografi dan fiksi ;)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[HUT RTC] Cinta dalam Sebatang Rokok

2 Maret 2016   00:48 Diperbarui: 3 Maret 2016   11:31 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kau perlu tahu, apa yang kulakukan untukmu itu aku lakukan karena aku ingin melayanimu, tanpa kamu harus memberi balasan.”

“Aku bukan rentenir yang meminta kembalian beserta bunganya! Dan bila akhirnya aku menawarkan kesempatan untuk membelengguku itu, bukan berarti aku meminta imbalan atas kebaikkanku, itu adalah sebuah penawaran tanpa keharusan!”

“Bukan kuitansi tanda minta imbalan atas semua kebaikanku!”

“....”

***

Krik krik krik krik, suar jengkerik terdengar menggema dalam kesunyian. Batinku koyak, hatiku terbang jauh ke atas awan. Tak ada yang tersisa selain raga yang bodoh, tua, dan kehabisan waktu. Kepulan-kepulan asap yang sempat buatku resah dan jengah kini berbalik arah, kurindui tanpa henti.

duhai pelita malam, kemanakah ia, gerangan sang pencinta petang?

Jatuh hariku karena sapanya, letih ragaku karena melodinya

oh masih berasapkah mulutnya, masih berbatang-batangkah sisanya?

Seakan-akan ia ciptakan kabut-kabut tebal, hanya tuk halangiku lihat khadirannya...

duhai lentera senja, kemanakah ia, laju yang tak pernah henti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun