“Ehh...”
“Aku tahu itu. Bahwa kau selalu jujur, tak pernah membuat alasan yang bukan keadaan sebenarnya, tapi kau itu... egois!”
“Egois?”
“Ya!”
“Ehh...”
“Kau mau bilang itu hakmu? Silakan! So be it!”
“Tapi kurasa... kau tak pernah memikirkan perasaan orang yang kau ajak berinteraksi! Selalu saja kau dan kau dan kau dan kau lagi. Apa kamu tak pernah hidup di dunia yang sebenarnya? Hah?
“Tapi itu kan hakku...”
“Oke, baiklah, fine.... So, kalo aku mo merokok lagi, mo bangun benteng tinggi, pergi dan tak mau lihat kamu.. itu juga hakku, bukan hakmu!”
“....”
“Dan satu hal yang kuingin kau tahu! Aku jijik bila kau berbaik hati padaku, hanya karena kau ingin membalas kebaikkan yang telah kulakukan padamu!