Mohon tunggu...
djeng sri
djeng sri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - penuliscerita dan freelancer menulis

suka fotografi dan fiksi ;)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kawan yang Berkawin dengan Kewan

1 Desember 2015   12:54 Diperbarui: 1 Desember 2015   13:05 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="copyright by bowobagus'p"][/caption]

Judul: Kawan yang berkawin dengan Kewan

Ya... tak ada, apa ya...”

Emmhh?”

Mungkin karena pe...”

 

Ohhh

Ahh

Uhh

.

Andi... yuk maen bola lagi?”

.

Kamu ni loh kang, gitu aja mlintir...”

Shhhh.... Kuhisap sebatang lagi dari berbatang-batang yang tersedia di atas laci. Entah kecanduan atau hanya pelampiasan, namun yang pasti bukan karena gratisanMlintir, mlintir ndasmu kui! Umpatku dalam hati sambil menatap lekat wajah kawanku yang katanya sohibku, keluargaku, adik? Kakak? Om? Tanpa ekspresi, lalu kembali menatap kejauhan yang beraroma air, sebentar lagi hujan.

Bukan begitu kang, jalan kan masih banyak, lagipula aku ni kan sudah seperti sodara bagi kau, keluarga gitu lah, aku tau bener perasaan kau kang”

Ia berkoar lagi, panjang lebar seperti politisi kampung yang berkampanye di pertemuan bapak-bapak RT. Rokokku berpaling, mengerling seakan sepakat dengan monyong mulutku yang hendak bergumam,

Ah, itu kan karena blum ada yang melemparimu dengan seonggok uang bro!”

Kamu ni loh kang, sudah lah, yuk kita nyari gambar lagi!”

Gak usah dipikir tho, kita kan sama-sama bermain peralatan jadul?”

.

Shhhh.... Kuhisap sebatang lagi, sebab tinggal sebatang, lalu kusemburkan di mukanya yang manyun dan sudrun! Sayang sungguh sayang, ia yang seakan-akan berbicara padaku ini hanya sebuah bayang dari potretur kawan yang kini sedang berkawin dengan kewan, kewan (hewan: bahasa Jawa). Lagak lagunya seperti seorang Kapiten yang selalu berucap,

Bukan begitu kang, jalan kan masih banyak, lagipula aku ni kan sudah seperti sodara bagi kau, keluarga gitu lah, aku tau bener perasaan kau kang”

Taik mungkin lah daku berjalan bersama pemerkosamu kang, sudahlah!”

Taik”

Taik”

Taik”

Ludahku muncrat ke portraiturnya, ia yang kini kulihat sedang berkelakar bersama, melenggang berdua, bertiga, dengan kewan yang membunuhku kurang lebih empat bulan yang lalu, setelah kususui selama tujuh tahun lamanya,

Taik!”

 

 

+

note:

*kewan: bahasa Jawa: hewan

*Mlintir, mlintir ndasmu kui: Nge-per, ngeper kepala lu!

.

.

Klaten-Mrican,27 Nopember 2015

#model #duit

djeng sri

fiksi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun