“Taik mungkin lah daku berjalan bersama pemerkosamu kang, sudahlah!”
“Taik”
“Taik”
“Taik”
Ludahku muncrat ke portraiturnya, ia yang kini kulihat sedang berkelakar bersama, melenggang berdua, bertiga, dengan kewan yang membunuhku kurang lebih empat bulan yang lalu, setelah kususui selama tujuh tahun lamanya,
“Taik!”
+
note:
*kewan: bahasa Jawa: hewan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!