Di hari yang lain, bulan yang lain, tahun yang lain aku semakin sering bertanya kepada ibu sebab semakin dekat saja aku dengan suara-suara dalam mimpi dan semakin riuh saja perintah-perintah untuk bertanya kepada ibu, tentang...
“Siapa jodohku bu?”
Namun jawaban dan kesabaran yang sama ia tunukkan padaku lewat ajakannya untuk melakukkan hal yang sama dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, hingga akhirnya...
“Apa akhirnya mo?” tanya Ikal tak sabar
“Iya, akhirnya aku sadar bahwa, suara-suara dalam mimpiku adalah Ia yang maha kasih, yang memintaku untuk menjadi gembalanya...”
“Jadi...,” aku melanjutkan kisahku,
“Ibu tidak pernah marah, namun rupanya sejak semula ia tahu yang Ia inginkan untuk anaknya, yaitu aku ini, maka ia selalu mengajakku untuk selalu berbicara padaNya, semakin dekat padanya, hingga akhirnya aku sadar, kepada siapa dan apa yang selalu berbiara dalam mimpiku Kal..”
“Wah gitu ya mo?” Ikal mengambil nafas dalam-dalam
“Jadi jodoh romo... adalah...”
“Iya, aku menjadi gembala,” jawabku tenang sambil mengusap rambut Ikal.