“Bukan apa-apa sayang. Mau dipijit kakinya sama tante?” Ia menggeleng cepat-cepat. Bulir-bulir air matanya mendadak merembes cepat sebelum suara sesenggukkan meluncur keluar dari bibir mungilnya, gadis kecil bermata malaekat…
“Te itu apa?”
“Ah Tuhan, sungguhkah harus kujawab?” tanyaku dalam hati. Kulihat ia yang semakin menjadi-jadi tangisnya, terlihat memerah pipinya, berkilat-kilat matanya, aku tak tahan, lalu coba tenangkan dia dalam sebuah pelukan hangat. kataku,
“Itu sebuah tali besar sayang…”
“Iya, tapi buat apa?”
“Hemmh…”
“Tali besar itulah yang mempertemukan kita disini sayang,” jawabku dengan gemetar. Dan saat ia melihat ke dalam mataku, terbukalah rahasia besar kepergianku lewat sebuah gantungan tali besar dan sunyinya malam.