Mohon tunggu...
Jalu Wintang
Jalu Wintang Mohon Tunggu... Lainnya - A man who always thirst for knowledge

Tuliskan setiap jejak langkah dalam hidupmu atau kau akan hilang dalam pusaran zaman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menghapus Sekat Jurusan di SMA Sama Saja Mengurangi Nalar Kritis Peserta Didik, Benarkah?

20 Januari 2022   22:22 Diperbarui: 22 Januari 2022   12:04 7049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran Tatap Muka | Sumber: disway.id

Di tingkat SMA, kemampuan seperti ini sangat krusial untuk dikuasai agar mereka bisa memahami realita yang terjadi di lingkungan sekitarnya. 

Selain itu, berlatih berpikir kritis nyatanya memiliki manfaat yang dapat membantu mereka untuk survive di dunia perkuliahan. 

Hal ini karena sebagian besar tugas, ujian, maupun proyek yang mereka kerjakan justru membutuhkan daya analisa yang cukup tinggi. 

Soal-soal yang diujikan biasanya diambil dari studi kasus atau suatu permasalahan yang ditemui di kehidupan sehari-hari. 

Di saat tugas mata kuliah misalnya (berdasarkan pengalaman saya pribadi), jarang sekali saya menemui soal yang berbentuk pilihan ganda atau pertanyaan tipikal "sebutkan blablabla", bahkan hampir tidak ada. Ini baru tugas, belum ujiannya terlebih lagi saat dapat proyek dari dosen.

Rata-rata tipe soalnya sudah masuk ranah analisis. Tentu bagi yang berkeinginan masuk perguruan tinggi atau lapangan pekerjaan nanti misalnya, mengasah kemampuan berpikir kritis bisa menjadi ajang pemanasan agar nantinya tidak shock ketika sudah memasuki dunia tersebut. 

Ketika data menunjukkan bahwa skill kemampuan berpikir kritis anak Indonesia masih sangat kurang, wajar sekali bila sebagian besar mahasiswa merasa sangat stres karena tugas. 

Lah gimana, dari awal nggak diajarkan untuk bikin makalah atau esai (yang notabene butuh analisis), eh ndilalah sewaktu jadi mahasiswa langsung dikasih tugas semacam itu oleh dosennya. Ajur jumm....

Kemampuan berpikir kritis sebenarnya adalah bekal menuju kehidupan di masyarakat kelak, lho. Bukan berarti kemampuan ini hanya dapat membantu kita untuk mendapat nilai bagus atau supaya terlihat pintar aja. 

Contohnya seperti fenomena Ghozali Everyday yang sedang ramai baru-baru ini. Fenomena ini merujuk kepada seorang pemuda bernama Ghozali yang berhasil meraup keuntungan sebesar Rp 1,5 miliar berkat mengunggah ribuan foto selfie-nya ke sebuah platform jual beli online OpenSea. 

Sekedar informasi, OpenSea adalah suatu website yang dapat dimanfaatkan sebagai media untuk berjualan atau membeli suatu barang, seperti musik, ilustrasi, foto, video, lukisan, bahkan game pun juga ada. Semua barang yang diperjualbelikan di situs tersebut disebut sebagai Non-Fungible Token (NFT). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun