Mohon tunggu...
Jalu Wintang
Jalu Wintang Mohon Tunggu... Lainnya - A man who always thirst for knowledge

Tuliskan setiap jejak langkah dalam hidupmu atau kau akan hilang dalam pusaran zaman

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Merdeka Belajar Dimulai dari Merdeka Berpikir

1 Oktober 2021   20:57 Diperbarui: 2 Oktober 2021   11:15 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku ini mengupas tuntas tentang bagaimana konsep kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) dan penerapannya dalam dunia pendidikan dan juga kehidupan sehari-hari. 

Penulis membuat mahakarya ini untuk menjawab tantangan pembelajaran yang terjadi di sistem pendidikan negara kita. Setelah lebih dari 7 dasawarsa Indonesia merdeka, atmosfer pembelajaran kita masih sering berkutat pada kemampuan peserta didik dalam menghafal saja.

Kemampuan menghafal menunjukkan kemampuan berpikir di level bawah atau dalam bahasa kerennya disebut Lower Order Thinking Skills (LOTS).Padahal, kemampuan berpikir seperti itu dirasa masih sangat kurang apalagi dalam menghadapi era disrupsi dan perkembangan teknologi yang semakin maju ini. Menghafal tidak bisa sepenuhnya membantu peserta didik dalam memahami materi yang mereka pelajari di sekolah dan juga memaknai segala fenomena yang terjadi di sekitar mereka. Terlebih lagi, kapasitas memori manusia sangat dinamis dan juga terbatas seiring berjalannya usia mereka.

Metode pembelajaran hafalan juga sebenarnya secara tidak langsung memberangus kemerdekaan dalam berpikir dan belajar. Realitas yang terjadi adalah bahwa belajar dengan teknik menghafal justru memaksa peserta didik untuk belajar dan berpikir secara kaku berdasarkan standar atau rumus tertentu yang sudah disiapkan oleh kurikulum. 

Apakah anda masih ingat ketika dulu guru anda dulu menyuruh untuk menghafal nama-nama pahlawan beserta tanggal kelahirannya atau menghafal rumus matematika ? 

Atau mungkin waktu pelajaran bahasa Inggris kita diharuskan menghafal 16 bentuk tenses sekaligus ? Fenomena tersebut adalah sekilas contoh bahwa budaya menghafal sudah mengakar begitu kuat di dalam atmosfer pendidikan kita.

Tidak bisa dipungkiri bahwa ada berbagai macam materi pembelajaran yang memang membutuhkan kemampuan menghafal. Apalagi soal rumus-rumus matematika atau IPA yang biasanya didapat dari hasil kesepakatan para peneliti yang mau tidak mau harus dihafal, seperti contoh tabel periodik kimia misalnya. Dari sinilah justru banyak guru yang seolah "nyaman" dengan kultur menghafal seperti ini. Kalaupun ada peserta didik yang bertanya mengapa rumus ini bisa terjadi, pasti akan dijawab 

"Ya.. Bagaimana lagi ? Memang dari sananya sudah begitu."

Padahal sejatinya materi atau rumus dalam pelajaran pasti didapat melalui proses pengembangan dan penelitian yang tidak sebentar. Dari statement guru tersebut sebenarnya sudah menandakan bahwa bangsa kita malas untuk bernalar dan mengandalkan logika dalam berpikir. 

Dunia ini berlaku hukum sebab akibat. Sesuatu pasti terjadi karena suatu sebab dan begitu juga sebaliknya. 

Oleh karenanya, kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan zaman. Kemampuan yang dipaparkan dalam buku ini lebih mengarah kepada bagaimana peserta didik dapat mendayagunakan akal dan pikirannya secara kritis, kreatif, solutif, serta mampu memutuskan sesuatu dalam hidup. Penulis menjelaskan alur dan konsep berpikir tingkat tinggi dengan begitu gamblang dan mudah dipahami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun