Mohon tunggu...
Abdul al fajarani
Abdul al fajarani Mohon Tunggu... -

sehat, tinggi 155cm, berat 55

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dinamika Pesantren pada Arus Zaman

1 September 2016   16:33 Diperbarui: 1 September 2016   16:41 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendatipun demikian , hal ini tidak bisa membendung terhadap pemikiran masyarakat yang terlah tercuci oleh modernitas.  Fenomena punahnya pesantren salaf merupakan bahaya besar bagi perjalanan estafet umat islam. Karena hubungan antara ulama & masyarakat sebenarnya harus selalu terjalin dengan baik, lebih-lebih urusan ubudiyah & amaliyahagar selalu mendapat ridlo-Nya. Kesadaran terhadap agama yang seperti inilah yang masih kurang dalam masyarakat luas.

Keterasingan kaum pesantren ditengah-tengah perkembangan zaman yang seperti ini, sebenarnya telah di isyarohi oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam hadits yang tak asing lagi di telinga kita karena hadits ini sering terdengar dari Syaikhina Maimoen Zubair  saat beliau menjelaskan keterangan di Majelis Ta’llimnya. Yaitu hadits berikut :

بدأالاسلامغريباوسيعودغريباكمابدافطوبىللغرباءفقيلمنالغرباءقالالذينيصلحونماأفسدهالناسمنسنتيوالذينيحيونماأمتوهمنسنتي

Artinya :Islam datang dengan asing dan akan kembali terasing sebagaimana permulaanya, beruntunglah bagi orang-orang yang asing, dan Rosululloh ditanya siapa orang orang asing itu Yaa Rosullalloh, lalu Beliau menjawab dia adalah orang yang memperbaiki Sunnah-sunnahku yang dirusak manusia dan orang-orang yang menghidupkan sunahku yang ditinggalkan oleh manusia.

Mengutip pendapat Ust. Saiful ulum dalam artikelnya “Al-Ghuroba’” beliau menyuruh terhadap kita untuk mempertahankan sistem salaf karena sistem pendidikan yang lain pada kenyataannya selalu sibuk dengan berbagai program-progam yang selain mendalami ilmu salafussoleh. Dan ini merupakan solusi terbaik dalam mengambil langkah ke depan menurut pandangan kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun