Gaya kehidupan yang serba hedonism telah menutup hati kebanyakan masyarakat sehingga mereka banyak melupakan tujuan utama dari kehidupan untuk mengabdi & beribadah kepada Allah SWT (Baca : Ukhrawi). Kemampuan dalam bidang agama dianggap tak bias menjamin kebahagiaan di masa depan, padahal tentang bahagia, rizki, nasib kita telah ditentukan oleh Allah SWT sebelum kita terlahir ke dunia ini.
Pandangan salah tersebut kini bukan hanya berkembang pada masyarakat awam saja, melainkan mulai merambah ke alumni-alumni pesantren. Sehingga di zaman ini banyak juga kita temui pesantren mengadopsi kurikulum pendidikan yang di dalamnya mengandung konspirasi dari berbagai kelompok-kelompok SEPILIS(Sekularisme, Plurarisme, dan Liberasme) yang telah diusung oleh kaum Yahudi & Barat.
Standarisasi kurikulum pesantren dari pihak pemerintah memaksa pesantren untuk memperbebarui system yang ada kecuali pada bebrapa kelompok saja yang masih tetap eksis mempertahankan system pendidikan salafnya. Alhamdulilah pesantren yang kita tempati untuk belajar ini, merupakan bagian dari kelompok minoritas tersebut.
Nilai kesalafan yang selama ini berkiblat pada tujuan ukhrawi yang menitik-beratkan pada ilmu syariah diganti dengan system akademik. Sehingga hal ini menimbulkan adanya perburuan status, gelar, ijazah yang merupakan tujuan duniawi semata. Dampak modernitas yang bersifat memaksa ini terlihat jelas khususnya pada dua aspek yaitu : Pertama dalam aspek keilmuan modernitas memiliki potensi besar dalam membentuk pribadi yang cerdik karena dalam proses pembelajarannya dituntut untuk berpikir logis (Baca : Filsalat). Namun kepribadian pelajar dalam bersikap menjadi buruk karena kurangnya pengajaran akhlak.
Sehingga banyak para cendekiawan yang berpikiran cemerlang tanpa disandarkan pada Allah SWT yang pada akhirnya menimbulkan pemikiran sesat, seperti : teori filsafat evolusi & Revolusi yang berusaha menafikan kebenaran Al-Qur’an & nash-nash Hadits Nabi Muhammad SAW. Kedua dari aspek moralitas memiliki efek buruk yaitu pudarnya keikhlasan dan tawadlu’ dalam bertholabul ilmi. Sehingga melahirkan kesombongan & berani menyalahkan ajaran guru. Hal yang demikian ini bias kita maklumi karena modernitas memiliki pedoman “Bebas berpikir, berekpresi, & berkreasi.
Dalam bukunya “Mengajarkan Amalan Syariat & Membenahi Adat-Istiadat” Syaikhina Najih MZ mengutip komentar Sayyid Al-Ghumari tentang hadits berikut ini :
عنعبدالرحمنالانصارىقالقالرسولاللهصلىاللهعليهوسلممناقتربالساعةكثرةالقراءوقلةالفقهاءوكثرةالأمراءوقلةالأمناء(أخرجهالطبرانى)
Dari Abdurrahman Al-Anshori beliau berkata : Kanjeng Nabi SAW bersabda “termasuk tanda dekatnya kiamat adalah banyaknya ahli pidato sedangkan ahli fiqh sedikit dan banyaknya pemimpin sedangkan yang amanah sedikit”.(HR. Imam Ath-Thobarani)
Sayyid Al-Ghumari mengatakan bahwa penyebab fitnah dalam hadits tersebut adalah menjamurnya lembaga umum dengan sistem penjajah barat. Sehingga yang diciptakan adalah alumni-alumni yang mahir dalam urusan keduniawian saja tanpa didasari pengetahuan ukhrawiI.Mereka lihai dalam urusan dunia tapi bodoh dalam ajaran agama. Sehingga dunia ini dipenuhi dengan ahli pidato saja, sedangkan ulama’nya semakin berkurang.
Dalam karya Saikhina Najih MZ yang lain beliau mengatakan “Dihancurkannya pendidikan Islam lewat sistem buatan orientalis itu masalah yang amat besar pula. Masih ditambah kekuatan laten yang sejak zaman kemerdekaan telah sengit terhadap Islam, makin menggejala tidka menunjukkan tanda kesembuhan.Mereka itu hakikatnya bukan sekedar memusuhi umat Islam, tetapi adalah memusuhi Allah SWT. Segencar dan sehebat apapun mereka, tetap akan dilibas oleh kekuatan Allah yang Maha dahsyat”.(Syaikhina Muhammad Najih MZ : Agenda Dibalik Kristenisasi di Indonesia, " Negara Kristen Republik Indonesia")
Sebenarnya kalau kita telisik lebih dalam lagi mengenai pesantren, pesantren salaf tidaklah seperti yang ada dalam pandangan masyarakat umum yang memandang kolot, kuno, fundamental, tertutup dari informasi, dll. Karena dalam pesantren kita mengenal forum bahtsul masail yang selalu membahus tenteng masalah-masalah yang muncul dalam dunia modern ini. Selain forum bahtsul masail di pesantren juga di sediakan Koran yang selalu update terhadap berita dari luar pesantren, ini merupakan salah satu bukti bahwa pandangan masyarakat yang demikian tersebut kesalahan yang mutlak.