Setelah pertempuran selesai, mereka semua duduk kelelahan. Raka mendekati Saskia, yang masih memandangi tanda lahir di dada Bagas dengan ekspresi bingung. "Apa ini berarti kita punya hubungan keluarga atau sesuatu?" Saskia bertanya.
Bagas hanya tersenyum lemah. "Mungkin kita punya ikatan yang lebih dalam dari yang kita kira. Tapi yang jelas, kita semua terhubung oleh takdir."
Raka menatap Saskia dengan penuh kasih, merasakan kelegaan bahwa mereka semua masih selamat. "Yang penting, kita semua di sini. Dan kita akan menghadapi apa pun yang datang bersama-sama."
Sementara itu, Arina, yang masih memegang kitab kuno, berkata, "Pertempuran ini mungkin belum berakhir, tapi kita tahu lebih banyak sekarang. Dan itu artinya kita bisa bersiap lebih baik."
Sinta, yang masih gemetar setelah kejadian tersebut, mendekati Raka. "Terima kasih sudah datang untukku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kalian tidak muncul."
Raka mengangguk, merangkul Saskia. "Kita semua akan melindungi satu sama lain, Sinta. Ibu Malam mungkin belum kalah, tapi kita akan selalu siap."
Dengan ancaman Ibu Malam yang masih menggantung, mereka sadar bahwa perjuangan mereka belum selesai. Namun, mereka bertekad untuk melanjutkan pencarian mereka akan jawaban dan kekuatan yang bisa mengalahkan kegelapan itu untuk selamanya.