Kalau ditanya tentang kuliner Aceh, pasti jawabannya tak jauh dari Mie Aceh dan Kopi Aceh atau Gayo. Padahal Aceh juga kaya akan kuliner yang tak kalah enak dan nikmatnya dari kuliner daerah lain di Indonesia.Â
Seperti gambar di atas, model penyajian rumah makan Aceh mirip seperti rumah makan Padang atau Sumatera pada umumnya, hanya menunya agak sedikit berbeda.
Kalau diperhatian sekilas, kuliner khas Aceh agak mirip dengan masakan India dengan kari sebagai bumbu utamanya. Nama dan rasanya juga mirip-mirip seperti makanan India, seperti roti canai, martabak telor, nasi gurih, dan mienya itu sendiri.Â
Namun ada juga yang benar-benar khas Aceh seperti Kuah Beulangong dan Kuah Cue. Beberapa kuliner Aceh yang sudah pernah saya coba antara lain:
Ayam Tangkap
Ayam tangkap adalah ayam kampung yang digoreng kering dan ditaburi oleh daun kari. Ukurannya kecil sehingga sekali makan bisa habis 3-4 potong.Â
Ayam tangkap yang terkenal di Banda Aceh salah satunya adalah Ayam Pramugari yang terletak tak jauh dari bandara. Namun di setiap restoran khas Aceh biasanya tersedia menu tersebut.
Kuah Beulangong
Menu ini merupakan masakan kuah yang diisi oleh daging kambing atau sapi dan potongan sayur nangka, kadang juga diisi pisang. Kuahnya sendiri setengah bening dan terasa sedikit asam, seperti gulai tapi tanpa santan.Â
Kuah ini merupakan makanan favorit masyarakat Aceh dan ketika ada kenduri kuah ini tak pernah absen mengisi menu utamanya.
Kuah Cue
Kuahnya mirip beulangong hanya diberi santan dan isinya Cue, semacam keong yang berwarna hitam dan hanya terdapat di wilayah pantai barat Aceh.Â
Rasa cue nya agak aneh seperti kita makan keong, tapi agak tertutupi dengan kuahnya sehingga tidak terasa bau anehnya.Â
Namun bagi yang alergi makanan aneh, sebaiknya tidak mengkonsumsi karena bisa menyebabkan mual.
Sie Reboh
Makanan ini berupa daging yang dioseng seperti daging serundeng, rasanyapun mirip-mirip lah. dihiasi dengan cabai rawit dan daun kari tipis-tipis.Â
Dagingnya direbus dulu baru dioseng sehingga berwarna kehitam-hitaman. Menu ini cocok disandingkan dengan kuah beulangong dan ayam tangkap seperti tersaji dalam setiap rumah makan Aceh.
Sate Matang
Sate ini mirip dengan sate maranggi di Purwakarta, ukurannya kecil dan tusukannya juga serupa seperti tusukan sate ayam. Bedanya disini menggunakan bumbu kacang dan kuah gule bening sebagai pelengkapnya agar tidak terasa kering.Â
Bumbu kacangnya agak encer, tidak seperti di daerah lain yang lebih kental. Dinamai sate matang karena asalnya dari daerah Matang Kabupaten Bireuen.
Martabak Aceh
Martabak Aceh agak unik dan berbeda dengan daerah lainnya namun lebih mirip di Malaysia, yaitu kulitnya di dalam dan telurnya di luar.Â
Ukurannya juga kecil dan lebih cocok jadi cemilan ketimbang makanan utama. Sementara untuk martabak seperti di Jawa di sini disebut martabak Mesir, jadi jangan salah menyebut saat memesan martabak.
Kopi Terbalik
Sebenarnya kopinya sama saja seperti kopi sanger, hanya penyajiannya dibalik gelasnya. Kalau pertama kali mencoba minumnya agak susah, sempat saking kesalnya saya balik saja gelasnya.Â
Ternyata cara meminumnya, sedotan ditiup dulu hingga air kopinya keluar baru dihisap. Jadi jangan langsung dihisap karena tambah seret minumnya.
Kopi Nira
Kopi ini termasuk langka disajikan di rumah makan, hanya ada dua resto yang menyediakan menu tersebut di Banda Aceh yaitu di Moorden Coffee saja yang memiliki dua cabang. Niranya dituang di bawah lalu disiram kopi di atasnya.Â
Berbeda dengan kopi umumnya yang disajikan dalam bentuk panas, kopi nira lebih enak disajikan dengan es batu dan terasa nikmat dinginnya.
Sebenarnya masih banyak makanan khas Aceh lainnya, namun karena jarang disajikan di rumah makan saya belum sempat mencicipinya. Kalau mampir atau berwisata ke Aceh, jangan lupa menikmati kuliner khasnya yang tidak ada di daerah lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H