Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Nyaris Juara, Haruskah Liverpool Melepas Piala FA?

4 Februari 2020   11:36 Diperbarui: 4 Februari 2020   11:38 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Performa Liverpool yang makin kinclong setelah melibas Soton membuat kepercayaan diri pemain semakin tinggi dan bayang-bayang juara tampak semakin terang-benderang. Kekalahan City membuat jalan menuju tangga juara semakin mulus bak jalan tol. Tinggal meraup enam kemenangan beruntun, jadilah Liverpool juara liga tercepat sepanjang sejarahnya.

Apalagi lawan-lawan yang bakal dihadapi dalam enam minggu mendatang relatif mudah seperti Norwich City, West Ham yang baru saja dikalahkan, Watford, Bournemouth, Everton, dan Crystal Palace sebelum bertemu City. Mungkin hanya Everton saja yang berpeluang menghambat laju Liverpool dan partai lawan City bisa menjadi 'grand final' yang sesungguhnya.

Namun dibalik penampilan cemerlang tersebut tersimpan satu lubang yang nyaris tak terlihat. Liverpool ternyata tidak memiliki rotasi pemain yang bagus. Terbukti ketika tim kedua yang diturunkan di babak ketiga Piala FA lawan Everton 'hanya' mampu menang 1-0 saja, bahkan melawan tim lemah Shrewsbury malah ditahan imbang 2-2. Klopp yang mencoba menurunkan pemain U-23 nya di ajang Piala Liga justru dihajar dengan skor telak 5-0 dan menjadi satu-satunya kekalahan di tanah Inggris serta kekalahan kedua musim ini setelah dibekap Napoli di ajang Liga Champions.

Selain itu beberapa pemainnya rentan atau langganan cedera. Sadio Mane sudah merasakan pahitnya bangsal rumah sakit, Henderson juga pernah mengalami cedera panjang dan berpotensi untuk kembali cedera. Salah dan Firmino sami mawon, kalau tidak hati-hati bermain juga mudah tertimpa musibah.

Sementara pemain pelapis seperti Divock Origi, Adam Llalana, dan Shaqiri angin-anginan, kadang jadi penentu kemenangan, kadang malah jadi pesakitan di lini depan. Shaqiri juga rentan cedera seperti sedang dialaminya sekarang ini. Minamino sendiri sedang beradaptasi dengan tim inti setelah hadir awal Januari lalu.

Melihat ketatnya medan tempur Liga Inggris dan Liga Champions dua minggu mendatang, Klopp sepertinya akan melepas Piala FA dengan menurunkan tim U-23 pada pertandingan ulang melawan Shrewsbury malam nanti (4 Februari 2020) karena ingin mempercepat perayaan titel juara Liga Inggris sekaligus menjaga kebugaran pemain inti.

Namun dengan kemenangan terakhir Liverpool dan kekalahan City yang memperbesar jarak menjadi 22 poin, haruskah Liverpool melepas peluang di Piala FA?

Inikah pertanyaan besar yang dinanti oleh fans berat Liverpool yang rindu mengangkat trofi Premier League. Benar bahwa Chelsea akan menjadi lawan tangguh di babak berikutnya jika Liverpool lolos dari hadangan Shrewsbury, namun bukan berarti Liverpool harus mengangkat bendera putih sebelum bertanding.

Alangkah sayangnya bila peluang meraih quintet winners di musim ini terbang, setelah berhasil meraih juara Piala Super Eropa dan juara Piala Dunia Antarklub serta nyaris menjadi juara Liga Inggris dan masih berpeluang di Liga Champions.

Klopp sepertinya ingin lebih realistis setelah melihat 'lubang' tersebut karena tidak ingin gara-gara Piala FA semua jadi berantakan. Klopp akan fokus memenangkan enam pertandingan sisa Liga Inggris untuk mempercepat kepastian juara mumpung lawan-lawan yang dihadapi relatif mudah. Setelah itu baru mereka akan fokus mempertahankan piala Liga Champions.

Apalagi pertengahan Februari Atletico Madrid sudah menunggu di Wanda Metropolitan Stadium. Lolos dari Atletico dan enam kemenangan beruntun akan mempermudah langkah Liverpool juara Liga Inggris sekaligus menyamai rekor AC Milan menjadi 7 kali juara Liga Champions.

Kalau melihat jadwal, sebenarnya Liverpool tak harus memainkan skuad U-23 nya, tapi cukup tim kedua mereka mengingat lawan yang dihadapi relatif mudah walau sempat ditahan seri. Lalu hari Minggunya bila lolos akan bertanding melawan Chelsea dengan tim inti. Setelah itu Liverpool masih bisa beristirahat satu minggu sebelum melawan Norwich City dan tiga hari kemudian bertandang ke Madrid. Artinya Liverpool tak perlu melepas peluang meraih Piala FA karena masih memiliki waktu istirahat yang cukup.

Liverpool sebaiknya tetap menurunkan pemain inti ketika melawan Chelsea (bila lolos nanti malam). Lagipula terlalu lama istirahat justru akan membuat pemain harus beradaptasi kembali untuk memanaskan mesinnya.

Strateginya mencampur pemain inti dengan sebagian pemain keduanya, lalu di pertengahan babak kedua tiga pemain inti diganti dengan tim kedua. Kalah atau menang tak terlalu penting, tapi menjaga peluang tersisa itulah yang harus diperjuangkan.

Satu lagi penyakit inkonsistensi yang selama ini menggelayuti Liverpool memang sudah mulai pudar, namun bukan berarti menghilang begitu saja. Beberapa kali Liverpool menunggu hingga injury time untuk memastikan kemenangan, bahkan sempat nyaris kalah lawan Aston Villa sebelum membalikkan keadaan di menit-menit akhir. Konsistensi inilah yang harus dijaga selain kebugaran pemain untuk memuluskan langkah meraih tangga juara Premier League yang sudah dinanti selama 30 tahun serta memecahkan rekor quintet winners yang belum pernah dimiliki tim Inggris manapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun