Rupanya makam tersebut baru saja dicat tahun 2017 karena selama ini tidak ada yang mengurus sehingga tampak kumuh. Kadang orang buang sampah sembarangan dan kalau malam terlihat angket karena gelap.Â
Pak Bupati Merauke suka keindahan dan ingin meniru kota-kota lain dalam menata taman kota sehingga memerintahkan Dinas Pemakaman dan Pertamanan untuk menata makam tersebut.
Walau tampak sepi di hari-hari biasa, ternyata saat menjelang Natal setiap tahunnya selalu ada orang bule berziarah ke tempat tersebut. Sepertinya mereka adalah keluarga penghuni makam yang masih ingat bahwa ada anggota keluarga mereka yang dimakamkan jauh dari tanah leluhurnya.Â
Hebat juga kesetiaan mereka, rela jauh-jauh datang dari Belanda hanya untuk berziarah setiap tahunnya sekaligus bernostalgia masa lalu saat bertugas di Merauke.
Ada hal lain yang cukup mengagetkan juga, ternyata di Merauke dulu pernah ada jalur trem karena kantor yang sekarang dipakai dinas merupakan bekas stasiun. Sayangnya tidak tampak lagi bekas-bekas relnya, hanya bangunannya saja yang masih tersisa.Â
Informasi mengenai kereta maupun makampun tak jelas karena sudah tak ada lagi saksi sejarah yang bisa ditemui. Hanya hal tersebut menandakan bahwa Merauke zaman Belanda dulu merupakan salah satu kota yang cukup maju di Papua.
Saya pikir banyak yang nongkrong, ternyata sepi tak tampak satu batang hidungpun. Kata orang dinas tadi, sebelum dipagar makam tersebut sering dipakai nongkrong orang-orang yang sedang mabuk sehingga pak Bupati memerintahkan pemagaran makam.Â