Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Menanti Ide Brilian Senilai 51 Juta Rupiah

26 November 2019   12:03 Diperbarui: 27 November 2019   05:01 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

Bukan Presiden Jokowi namanya kalau tidak membuat gebrakan, termasuk mengangkat staf khusus dari kalangan milenial. Namun yang bikin julid bukan pekerjaannya, melainkan besaran gaji dan beberapa di antaranya adalah anak dari tokoh ternama negeri ini.

Saya tidak akan membahas asal-usul mereka karena sebagian juga berasal dari keluarga biasa yang berjuang luar biasa untuk memperoleh tempat di sisi presiden. Namun angka 51 juta tentu menggelitik jari untuk menulis artikel ini.

Dengan gaji sebesar 51 juta sebulan, tanpa kewajiban harus ngantor tiap hari, tentu harus ada produk luar biasa yang dihasilkan dari mereka. Sebagai perbandingan, gaji plus tunjangan seorang dirjen saja tak sampai 35 juta.

Padahal bicara tanggung jawab seorang dirjen jauh lebih besar dari staf khusus. Kalau terjadi sesuatu, misal jembatan ambruk, tentu seorang dirjen juga ikut bertanggung jawab.

Apalagi aparat di bawahnya yang bertanggung jawab langsung terhadap pekerjaan, penghasilannya tentu di bawah sang dirjen, sementara beban di pundaknya begitu besar.

Kesuksesan mereka membangun start up patut diacungi jempol karena di usia yang masih sangat muda sudah meraih sukses termasuk Angkie Yudistia yang merupakan wakil dari kaum difabel.

Keberhasilan inilah yang membuat presiden kepincut untuk merekrut mereka menjadi staf khusus, tentu dengan harapan agar dapat ditularkan di jajaran pemerintahan. Ide-ide kreatif dan segar yang selama ini mereka jalankan dapat menjadi katalisator untuk mempercepat gerak langkah pemerintah yang selama ini selalu dibilang lamban.

Akan tetapi jangan lupa, birokrasi ibarat ladang ranjau yang penuh "jebakan batman". Walau katanya hendak dipangkas, namun masih banyak peraturan yang harus diikuti agar tidak dianggap melanggar hukum.

Banyak kasus, terakhir mobil listrik, terjadi karena kreativitas yang terbelenggu oleh aturan yang kaku. Niatnya mungkin baik, namun karena tidak mengikuti prosedur birokrasi akhirnya terjerembab masuk jeratan hukum.

Inilah titik krusial yang harus diselesaikan sebelum ide-ide kreatif tersebut dijalankan. Untuk itulah mereka dibayar untuk menjembatani ide-ide kreatif dengan berbagai aturan yang siap menjerat.

Masalah nilai mungkin relatif, bisa dibilang terlalu murah untuk ukuran CEO sekelas mereka, namun bisa jadi dibilang mahal kalau hanya sekedar memberikan masukan tanpa langsung eksekusi di lapangan.

Pekerjaan yang cukup berat adalah bagaimana ide-ide yang pernah mereka jalankan di swasta dapat diterapkan di pemerintahan tanpa harus menabrak berbagai tembok birokrasi yang mengungkungnya. Mereka harus menemukan celah-celah di antara tembok tebal tersebut agar dapat segera direalisasikan tanpa harus menunggu lama.

Masalah berikutnya adalah siapa eksekutor di lapangan, mengingat kultur birokrasi seringkali berseberangan dengan kebiasaan mereka dulu. Menggunakan aparatur yang ada sama saja seperti menghela gerbong ekonomi dengan loko Shinkansen.

Namun merekrut ASN baru juga bukan hal yang mudah karena para newbie itu harus berhadapan dengan para senior yang masih berjiwa kolonial. Para newbie tersebut harus melompati tembok senior yang menjadi atasan mereka secara bertingkat untuk bisa menjalankan ide-ide para staf khusus.

Merombak para orang tua di jajaran birokrasi juga bukan hal yang mudah karena mereka sudah terlalu enak duduk di kursi empuk. Pemerintah harus berani menggolkan program golden shake hand agar mereka mau pergi dengan sukarela.

Itupun bagi yang mau, sementara bagi yang menolak pemerintah tak bisa berbuat apa-apa sampai menunggu yang bersangkutan pensiun. Tentu ini akan makan waktu lagi karena usia pensiunnya masih cukup panjang sekitar lima enam tahunan.

Itulah tantangan besar yang harus dihadapi oleh para stafsus milenial tersebut. Dengan gaji sebesar 51 juta plus tunjangan lainnya, kita tentu berharap agar ide-ide segar mereka dapat segera dieksekusi di lapangan, tidak hanya sebatas macan kertas yang menumpuk jadi bantal.

Kalau cuma sebatas ide, sudah banyak tumpukan berkas di lemari instansi pemerintah yang siap untuk dieksekusi. Mari kita tunggu apa saja yang bisa dihasilkan oleh para stafsus tersebut selama lima tahun ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun