Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Ajaran Rasulullah Malah Dicontek Negara Barat

11 November 2019   21:23 Diperbarui: 11 November 2019   21:21 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikutip dari kompas.com, Askari menegaskan bahwa jika sebuah negara memiliki ciri-ciri tak ada pemilihan, korup, opresif, memiliki pemimpin yang tak adil, tak ada kebebasan, kesenjangan sosial yang besar, tak mengedepankan dialog dan rekonsiliasi, negara itu tidak menunjukkan ciri-ciri Islami. 

Anehnya banyak negara yang mengakui diri Islami tapi justru sering berbuat tidak adil, korup, dan terbelakang secara ekonomi. Malah negara-negara barat yang jelas-jelas didominasi oleh non-muslim malah lebih merefleksikan ajaran Islam termasuk dalam pengembangan ekonominya.

Jujur harus diakui bahwa di negara-negara muslim, terutama di Indonesia, pengajaran Islam lebih dititikberatkan pada ibadah formal dan perilaku normatif yang tampak di permukaan. 

Namum di balik itu semua ternyata tersimpan perilaku negatif bak gunung es yang hanya sedikit menyembul ke permukaan. Masalah korupsi, ketimpangan sosial, ketidakadilan, kemiskinan, masih saja menjadi persoalan yang tiada habisnya diperbincangkan namun tidak juga diperbaiki.

Kita sering bertindak tidak jujur, tidak amanah, tidak menyampaikan, dan tidak cerdas dalam kehidupan sehari-hari. Namun karena sudah menjadi perilaku umum maka hal-hal tersebut menjadi seolah biasa saja seperti tak pernah terjadi apa-apa. Sistem telah membentuk kita untuk berbuat seperti itu, dan justru menjadi anomali ketika kita ingin menerapkan nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam ajaran Islam.

Akhirnya tumbuhlah kelompok-kelompok eksklusif yang mencoba mengasingkan diri dari lingkungan. Niatnya jelas, ingin kembali melaksanakan ajaran Islam secara murni dan konsekuen. Kalau jalan yang ditempuh benar hasilnya lumayan positif bagi lingkungan sekitarnya. Namun menjadi berbahaya ketika mereka salah mengikuti pengajian sehingga terjerembab ke dalam lingkungan  yang radikal.

Kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka yang kadung terseret dalam arus radikalisme karena sedikit banyak ada pengaruh lingkungan yang tidak Islami yang membuat mereka akhirnya masuk ke dalam kelompok radikal tersebut. 

Seharusnya pemerintah dan masyarakat mulai bebenah diri, mulai menjalankan nilai-nilai Islam, bukan sekedar acara ritualnya saja tetapi juga perilaku yang jujur, amanah, anti korupsi sehingga mereka yang sudah terjerumus mau kembali hidup berdampingan secara normal.

Sayangnya, alih-alih mengubah perilaku, justru mereka dianggap seperti nyamuk yang harus dibasmi. Padahal tidak semua, mungkin sebagian besar hanya ikut-ikutan karena tidak tahu jalan yang benar ketika sedang mencari kebenaran. 

Ketidakmampuan pemerintah mengatasi korupsi, ketidakadilan, kesenjangan sosial yang semakin melebar, malah ditutupi dengan  isu-isu semacam ini. Padahal mereka juga bagian dari warga negara yang perlu mendapatkan perhatian apabila terlanjur tersesat.

Sudah saatnya kita sebagai umatnya memulai perubahan mendasar demi kemajuan negeri ini. Jangan sampai kita kalah dengan negara-negara barat yang justru malah mempraktekkan nilai-nilai Islami dibanding pemeluknya sendiri. Sudah terbukti bahwa ajaran Islam bila dilaksanakan dengan benar akan membawa kemakmuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun