Rangkaian proses ibadah haji selesai sudah, namun kepulangan ke tanah air masih cukup lama. Untuk mengisi waktu luang, kami dan beberapa rekan mengikuti city tour yang dipandu oleh ketua kloter dan pembimbing jamaah.Â
Kali ini city tour akan mengambii rute Jabal Tsur, Jabal Rahmah, Jamarat, diakhiri dengan mengambil miqat bagi yang ingin umroh sunnah di Ja'ronah.
Perjalanan dimulai pukul tujuh pagi dan tak sampai setengah jam bis sudah tiba di parkiran dekat Jabal Tsur. Pembimbing jamaah mulai bercerita bahwa di Jabal atau Bukit Tsur terdapat gua tempat persembunyian Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar ketika mendengar kabar beliau akan menjadi sasaran pembunuhan oleh para kabilah Arab Quraisy yang menentang dakwah beliau.Â
Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar selama kurang lebih tiga hari bersembunyi di gua ini sebelum akhirnya hijrah ke Madinah.
Mereka dibantu seorang penggembala domba yang bertugas menghapus jejak langkah kaki Asma, Aisyah, maupun Abdullah yang bolak balik dari Mekkah ke gua Tsur.
Para pemuda Quraisy nyaris menemukan beliau di dalam gua, untunglah berkat mukjizat Allah SWT pintu gua tertutup oleh sarang laba-laba dan sarang burung dara yang sedang bertelur.Â
Rasulullah dan Abu Bakar selamat hingga hijrah ke Madinah tanpa satu tetes lukapun. Gua Tsur menjadi saksi sejarah perjuangan beliau dalam menegakkan dan menyebarluaskan ajaran Islam di jazirah Arab hingga ke seluruh dunia.
Setelah puas mengambil gambar, perjalanan dilanjutkan ke Padang Arafah untuk melihat tempat pertemuan Adam dan Hawa.
Jabal Rahmah atau bukit kasih sayang menjadi saksi bertemunya manusia pertama di bumi Adam dengan kekasihnya Siti Hawa. Di puncak bukit inilah mereka bertemu untuk pertama kali sejak berpisah setelah diturunkan dari surga akibat melanggar pantangan memegang buah Khuldi.Â
Nabi Adam konon diturunkan di Sri Lanka dan jejaknya berupa tapak kaki raksasa masih tampak jelas di Puncak Adam (Adam's Peak) yang terletak di tengah pulau Sri Lanka, tepatnya di daerah Ratnapura.Â
Hawa sendiri diperkirakan turun di tanah Iraq, ada pula yang mengatakan di Bukit Marwa. Namun jejak sebenarnya tidak jelas, hanya makamnya saja berada di Jeddah.
Keturunannya menyebar ke seluruh penjuru dunia membangun peradaban baru di planet bumi setelah makhluk sebelumnya dianggap merusak bumi.
Sebelumnya saat wukuf kami sudah mengunjungi Padang Arafah bahkan sempat menginap semalam. Namun karena posisi Jabal Rahmah cukup jauh dari tenda kami belum sempat mengunjungi saat itu.Â
Lagipula wukuf merupakan saat untuk merenungi dosa-dosa, berdoa mohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT dalam mengatasi persoalan hidup, bukan saatnya untuk berwisata.
Bahkan ada pula yang mencoret-coret batu menuliskan nama kekasihnya agar cintanya abadi. Kalau pengelolanya jeli, seharusnya bisa dibuatkan pagar untuk menaruh gembok cinta atau gantungan kunci bertuliskan nama sepasang kekasih agar tidak mencorat-coret batu yang membentuk bukit tersebut.
Jadi tempat ini bermakna sebagai simbol pertama kali tumbuhnya spesies manusia sekaligus sebagai tempat berakhiirnya kehidupan manusia di muka bumi sebelum ditimbang amalnya.
Disinilah kita bisa merenungkan kejadian penciptaan manusia oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah yang memakmurkan bumi, bukan sebaliknya malah menghancurkannya pelan-pelan dengan merusak lingkungan dan berperang satu dengan lainnya,Â
Tak terasa usia bumi semakin tua dan semakin mendekati kiamat bila melihat hamparan Padang Arafah yang luas itu. Kita wajib bersyukur diberi kesempatan menyusuri jejak perrtemuan Adam dan Hawa untuk mengingatkan diri sendiri yang cikal bakalnya berasal dari puncak bukit ini.
Tak terasa setengah jam berlalu, saatnya harus meninggalkan tempat yang penuh rahmat ini. Sayangnya tidak ada lagi unta berkeliaran di sekitar bukit karena dianggap mengotori lingkungan Jabal Rahmah. Padahal keberadaan unta merupakan salah satu daya tarik wisata di tengah gersangnya tanah suci yang berbukit batu.
Ibrahim beserta keluarga berhasil mengatasi godaan setan untuk mengurungkan niat tersebut yang ditandai dengan pelemparan batu ke tiga titik yaitu Ula, Wustha, dan Aqabah. Kini jejaknya diwariskan dengan kewajiban melempar jumroh untuk setiap calon haji yang mabit atau bermalam di Mina.
Suasana masjid sendiri sangat ramai, bahkan toiletnya penuh orang mengantre untuk menggunakan kain ihram sekaligus berwudhu. Masjidnya juga penuh orang yang shalat sunat ihram dua rakaat serta berniat umroh.Â
Selesai sholat ihram, para jamaah kembali ke dalam bus yang akan mengakhiri perjalanan city tour kali ini. Bis berhenti tepat depan hotel, sementara jamaah yang akan umroh bisa melanjutkan perjalanan dengan bis shalawat.Â
Usai sudah perjalanan wisata haji kali ini, untuk mengenang pertemuan Adam dan Hawa sebagai cikal bakal berkembang biaknya manusia yang memakmurkan bumi ini, sekaligus napak tilas perjuangan Rasulullah dan Nabi Ibrahim dalam menegakkan agama Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H