Para jamaah haji beberapa tahun belakangan ini memang benar-benar dimanjakan pemerintah. Setelah kemudahan boarding dan cek imigrasi di Tanah Air, hotel yang cukup berkelas, makanan berlimpah, jamaah juga diantar jemput dengan angkutan yang biasa disebut bis shalawat.
Dikutip dari situs resmi Kemenag, bis shalawat pertama kali diluncurkan tahun 2008 bersamaan dengan perluasan Masjidil Haram. Perluasan teraebut membuat harga penginapan terdekat menjadi mahal sehingga penginapan jamaah haji Indonesia dipindah hingga radius 10 Km dari Masjidil Haram. Hal ini menyulitkan jamaah yang ingin beribadah setiap waktu ke Masjidil Haram.
Saat ini terdapat 12 rute yang melayani jamaah sesuai dengan wilayah hotelnya, antara lain dari Syisiah, Raudah, Jarwal ke terminal Syib Amir di sebelah utara Masjidil Haram. Sementara dari wilayah Misfalah, Rea Bakhsy ke terminal Jiad di sebelah selatan, serta Mahbas Jin dan Aziziah ke terminal Bab Ali di sebelah timur.Â
Hanya pada saat puncak haji mulai tanggal 6 hingga 14 Dzulhijjah bis berhenti beroperasi karena macet luar biasa di pusat kota Mekah. Bis-bis tersebut digunakan untuk mengangkut jamaah dari hotel ke Arafah, lalu dari Arafah ke Muzdalifah esok harinya, dilanjutkan dari Muzdalifah ke Mina. Setelah masa Jamarat selesai bis digunakan untuk mengangkut jamaah dari Mina kembali ke hotel.
Terkadang bis tersebut penuh sesak kadang malah sepi penumpang. Seperti di Jakarta, ada waktu-waktu tertentu bis padat penumpang. Biasanya satu jam sebelum dan sesudah waktu shalat wajib bis selalu penuh jamaah.Â
Dari arah hotel biasanya satu jam sebelum hingga menjelang waktu sholat wajib, sementara dari arah Masjidil Haram setelah sholat wajib selesai hingga satu jam setelahnya. Malam hari, bahkan saat waktu shalat Tahajjud biasanya justtru lebih ramai dibanding siang hari karena banyak jamaah menghindari cuaca panas.
Kalau mau naik bis dalam keadaan sepi, hindari waktu-waktu tersebut di atas. Misal satu setengah jam sebelum Dzuhur, atau setelah sholat Dzuhur di hotel untuk sholat Asar di Masjidil Haram. Kalau dari Masjidil Haram terutama setelah sholat Isya bis sangat padat sehingga baiknya jalan-jalan sambii belanja dulu baru pulang agak larut malam, paling cepat sejam setelah selesai sholat Isya.
Untuk menghemat waktu, tenaga, dan menghindari cuaca panas, biasanya para jamaah berangkat sebelum Asar dan bertahan di Masjidil Haram hingga waktu Isya atau bahkan Subuh. Di antara waktu sholat mereka biasanya berzikir, atau malah jalan-jalan cuci mata sambil belanja di pasar dan mal yang ada di sekitar Masjidil Haram. Sambil menyelam minum kopi, sambil nunggu waktu sholat berbelanjalah.
Bagi para jamaah termasuk saya, keberadaan bis shalawat sangat membantu sekali karena sulitnya mencari angkutan umum berute di Mekah. Walau ada bis reguler yang berbayar, tetap saja menyulitkan karena tidak ada petunjuk rute yang jelas dalam bahasa latin, hampir semua bertuliskan huruf Arab.Â
Sementara taksi mahal dan harus tawat menawar sebelum naik. Sebenarnya ada juga taksi online, tapi tarifnya seperti Uber, tidak flat, serta supirnya jarang yang bisa berbahasa Inggris sehingga menyulitkan untuk berkomunikasi.