Singkat kata, reformasi yang diinisiasi oleh mahasiswa berhasil menumbangkan rezim orde baru. Orde reformasi mulai berjalan, keadaan mulai tenang, namun pergantian rezim masih juga terjadi hingga pemilu langsung tahun 2004 dilaksanakan.Â
Situasi semakin stabil dan keadaan ekonomi makin membaik. Kelas menengah mulai tumbuh ditandai dengan semakin banyaknya mobil berseliweran menimbulkan kemacetan parah tak hanya jam pergi pulang kerja tapi hampir setiap hari diisi dengan tumpukan mobil.Â
Bahkan hari Sabtu dan Minggu kemacetan bisa jadi lebih parah karena banyak orang yang selama ini menggunakan angkutan umum ketika bekerja, pergi berlibur dengan menggunakan kendaraan pribadi.
Mahasiswapun berubah, dus di kampus tempat saya menimba ilmu dulu. Mungkin karena gizi semakin meningkat, semakin banyak orang pandai keturunan orang-orang berada.Â
Saya cukup kaget karena sulitnya mencari parkiran mobil di sekitar kampus saya dulu, padahal ini hari kerja dan kebetulan saya ada undangan acara di kampus.Â
Saya hampiri tukang parkir yang dulu tampak santai, sekarang sibuk mengatur keluar masuknya mobil di parkiran yang masih sama seperti dulu. Setelah dapat parkir, saya tanya siapa saja yang parkir disini.Â
Jawabnya, semuanya mahasiswa, bukan tamu atau pengunjung kebon binatang yang ada di samping kampus. Sekarang ini kampus sudah seperti mal, susah sekali memperoleh parkiran sampai harus menitipkan kunci ke tukang parkir.
Kampus yang dulu menampung orang-orang pandai namun kurang mampu berubah menjadi kampus orang-orang borjuis. Mungkin sama-sama pandai, namun karena kemampuan finansial lebih memadai membuat mereka ini mampu membayar lebih mahal daripada kaum proletar.Â
Sejak reformasi, biaya kuliah meningkat drastis, kalau dulu cukup bayar 240.000 per semester, sekarang bisa 8-10 juta per semesternya.Â
Memang masih ada beasiswa, namun jumlahnya terbatas dan tidak semua fully funded sehingga sebagian mahasiswa penerima harus banting tulang mencari tambahan untuk hidup.
Pemandangan yang sama ternyata tidak hanya di kampus saya saja, tapi juga di kampus-kampus negeri lainnya. Kendaraan roda empat memenuhi parkiran yang ada, sebagian besar milik mahasiswa, bahkan kadang mobil punya dosennyapun kalah merk dan tipenya dibanding mahasiswanya itu sendiri.Â