Di dalam busway ada tempat duduk khusus wanita dan orang dengan ketentuan khusus. Biasanya kondektur langsung menegur bila ada yang kesasar masuk ke area wanita, atau bila penuh selalu meminta penumpang yang lebih muda dan kuat untuk mengalah. Lama kelamaan sekarang banyak penumpang dengan sadar mulai mengalah apabila ada ibu hamil atau orang tua sakit untuk memberikan tempat duduknya.Â
4. Menggunakan non tunai
Penggunaan kartu non tunai membuat masyarakat menjadi terbiasa menggunakan pembayaran dengan tap kartu. Kalau tidak punya kartu bisa dibeli di halte busway tertentu yang menyediakan pembelian kartu non tunai multifungsi, tergantung bank penerbit, yang bisa digunakan untuk keperluan lain seperti membayar tol selain digunakan untuk naik busway.
Dari sisi pengemudi:
1. Tidak menurunkan di sembarang tempat
Pengemudi busway maupun bus pengumpan tak bisa lagi menaikturunkan penumpang di sembarang tempat, karena rata-rata setiap bus telah dilengkapi GPS dan dimonitor keberadaannya sehingga mudah dilacak kalau menurunkan penumpang sembarangan. Sepanjang pengalaman saya naik bus pengumpang, pengemudi selalu berhenti di halte bus atau titik yang memiliki tanda 'perhentian bus pengumpan' bila tak ada halte fisik.Â
Pengemudi bahkan berani menolak keinginan penumpang untuk berhenti di sembarang tempat dan diingatkan untuk turun di titik terdekat. Semoga ini bisa konsisten terutama untuk bus pengumpan saat tidak memasuki jalur busway.
2. Tidak ugal-ugalan karena kejar setoran
Karena pembayaran menggunakan non tunai dan dibayar langsung di halte, pengemudi santai saja membawa kendaraannya. Tidak ada kejar-kejaran antar busway karena memang sudah diatur waktu berhentinya di tiap-tiap halte. Pengemudi dan kondektur sudah digaji tetap oleh perusahaan sehingga tidak lagi mengejar setoran seperti supir bis biasa. Kita bisa memantau perkiraan kedatangan bus di papan informasi yang terdapat di beberapa halte tertentu sehingga kita bisa mengukur waktu hingga tiba di tujuan.
3. Tidak ada supir tembak
Pengemudi sudah ditentukan bus dan rutenya sehingga tidak ada lagi supir tembak atau pengganti yang biasanya digunakan menjelang masuk ke terminal karena supir utamanya malas mengantri dan lebih memilih ngopi dulu di warteg dekat terminal. Pengemudi juga tidak bisa lagi seenaknya memindahtangankan bus tanpa persetujuan pengawas lapangan.