"Dunia ini panggung sandiwaraCerita yang mudah berubahKisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani"
-God Bless-
Masih ingatkah kisah Yunani yang tak disangka-sangka menjadi juara Euro 2004? Bahkan pasar taruhan pun memasang 1:400 untuk Yunani bila jadi juara, dan kenyataan itu benar-benar terjadi. Sama seperti piala dunia ini, para favorit bertumbangan di fase grup, termasuk Jerman, Italia, dan Spanyol. Memang Kroasia tidak separah itu pasar taruhannya, cuma 1:33 saja bila juara, tapi tetap saja hal itu mengejutkan banyak pihak. Apalagi banyak favorit juara tumbang mulai dari Jerman, Argentina, Spanyol, hingga Brasil.
Setelah sebulan penuh akhirnya gelaran piala dunia sampai pada partai puncaknya yang akan berlangsung di Stadion Luzhniki, Moskow. Berbagai drama telah terjadi hingga menjelang pergelaran final, termasuk lolosnya dua kuda hitam di partai final. Pertandingan final kali ini sangat menarik karena di luar dugaan Kroasia berhasil menembus partai puncak untuk pertama kalinya selama keikutsertaannya dalam ajang piala dunia sejak tahun 1998. Demikian pula lawannya Perancis, walau difavoritkan namun tidak terlalu diunggulkan untuk masuk final, kalah pamor dari Brasil, Jerman, dan Argentina yang dijagokan sejak awal. Keberuntungan menaungi dua kesebelasan yang berjuang sepenuh hati hingga menggapai partai puncak.
"Keberuntungan akan berpihak pada orang – orang yang berjuang dan berusaha"
-Aristoteles-
Dilihat dari pola permainan, kedua tim menggunakan pola dasar yang hampir sama yaitu 4-2-3-1. Pola ini lebih mementingkan pergerakan second line yang mengandalkan serangan dari sisi kiri maupun kanan, lalu bola dikirim ke depan gawang. Pola ini juga mengandalkan serangan balik yang mematikan, dimulai dari break yang dilakukan oleh duet gelandang bertahan untuk mencegat serangan lawan, kemudian secepat mungkin dialirkan ke depan lewat gelandang serang (AM) di tengah atau gelandang sayap di kiri dan kanan.
Di pertandingan awal melawan Australia, Perancis memainkan pola 4-3-3 dengan tiga penyerang sejajar di depan. Namun pola tersebut ternyata kurang efektif sehingga pada partai berikutnya menjadi 4-2-3-1 dengan Olivier Giroud sebagai penyerang tunggal (Striker/S) dengan Griezmann sebagai AM/F, didampingi Mbappe di sisi kanan dan Matuidi/Tolisso di kiri. Pogba dan Kante berperan sebagai breaker atau DM yang memecah serangan lawan lalu menyiapkan serangan balik mematikan melalui sayap kanan atau kiri.
Melawan Argentina, pola diubah menjadi 4-1-4-1 dengan DM (gelandang bertahan) Brozovic dan penyerang tunggal tetap Mandzukic. Di depan Brozovic ada duet Rakitic dan Modric di tengah, sementara sayap kiri diisi oleh Perisic dan kanan oleh Rebic. Pola serupa diterapkan juga melawan Denmark dengan susunan pemain tidak berubah. Uniknya melawan Islandia pola yang diterapkan agak aneh dengan skema pohon natal 4-3-2-1 dengan Kovacic-Modric-Badelj sebagai gelandang bertahan, lalu di depannya ada Perisic agak ke kiri tengah dan Pjaca di kanan tengah, dengan penyerang tunggal Kramaric.