Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Final Piala Dunia, Mungkinkah Tragedi Yunani Terulang Kembali?

15 Juli 2018   08:17 Diperbarui: 15 Juli 2018   08:39 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbappe vs Modric, Sesama Pengguna Nomor 10 (Sumber: https://cdn.vox-cdn.com)

"Dunia ini panggung sandiwaraCerita yang mudah berubahKisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani"

-God Bless-

Masih ingatkah kisah Yunani yang tak disangka-sangka menjadi juara Euro 2004? Bahkan pasar taruhan pun memasang 1:400 untuk Yunani bila jadi juara, dan kenyataan itu benar-benar terjadi. Sama seperti piala dunia ini, para favorit bertumbangan di fase grup, termasuk Jerman, Italia, dan Spanyol. Memang Kroasia tidak separah itu pasar taruhannya, cuma 1:33 saja bila juara, tapi tetap saja hal itu mengejutkan banyak pihak. Apalagi banyak favorit juara tumbang mulai dari Jerman, Argentina, Spanyol, hingga Brasil.

Setelah sebulan penuh akhirnya gelaran piala dunia sampai pada partai puncaknya yang akan berlangsung di Stadion Luzhniki, Moskow. Berbagai drama telah terjadi hingga menjelang pergelaran final, termasuk lolosnya dua kuda hitam di partai final. Pertandingan final kali ini sangat menarik karena di luar dugaan Kroasia berhasil menembus partai puncak untuk pertama kalinya selama keikutsertaannya dalam ajang piala dunia sejak tahun 1998. Demikian pula lawannya Perancis, walau difavoritkan namun tidak terlalu diunggulkan untuk masuk final, kalah pamor dari Brasil, Jerman, dan Argentina yang dijagokan sejak awal. Keberuntungan menaungi dua kesebelasan yang berjuang sepenuh hati hingga menggapai partai puncak.

"Keberuntungan akan berpihak pada orang – orang yang berjuang dan berusaha"

-Aristoteles-

Dilihat dari pola permainan, kedua tim menggunakan pola dasar yang hampir sama yaitu 4-2-3-1. Pola ini lebih mementingkan pergerakan second line yang mengandalkan serangan dari sisi kiri maupun kanan, lalu bola dikirim ke depan gawang. Pola ini juga mengandalkan serangan balik yang mematikan, dimulai dari break yang dilakukan oleh duet gelandang bertahan untuk mencegat serangan lawan, kemudian secepat mungkin dialirkan ke depan lewat gelandang serang (AM) di tengah atau gelandang sayap di kiri dan kanan.

Umtiti Merayakan Gol Kemenangan Atas Belgia (Sumber: https://sports.ndtv.com)
Umtiti Merayakan Gol Kemenangan Atas Belgia (Sumber: https://sports.ndtv.com)
Dengan skema demikian, pertahanan menjadi lebih solid dan sulit untuk ditembus lawan. Terbukti beberapa kali gawang Perancis diserang oleh Belgia namun dapat digagalkan dengan baik oleh kuartet pertahanan Perancis yang dijaga Pavard-Umtiti-Varane-Hernandez. Kalaupun lolos ada Hugo Lloris yang selalu sigap di depan gawang. Sejauh ini gawang Perancis hanya bobol empat gol, tiga diantaranya saat melawan Argentina dan satu penalti Australia. Sementara Kroasia sudah kebobolan lima gol dan relatif merata di setiap pertandingan, kecuali dua gol saat melawan Rusia.

Di pertandingan awal melawan Australia, Perancis memainkan pola 4-3-3 dengan tiga penyerang sejajar di depan. Namun pola tersebut ternyata kurang efektif sehingga pada partai berikutnya menjadi 4-2-3-1 dengan Olivier Giroud sebagai penyerang tunggal (Striker/S) dengan Griezmann sebagai AM/F, didampingi Mbappe di sisi kanan dan Matuidi/Tolisso di kiri. Pogba dan Kante berperan sebagai breaker atau DM yang memecah serangan lawan lalu menyiapkan serangan balik mematikan melalui sayap kanan atau kiri.

Perisic Merayakan Gol (Sumber: https://www.sportsjoe.ie)
Perisic Merayakan Gol (Sumber: https://www.sportsjoe.ie)
Sebaliknya dengan Kroasia, mereka cenderung dinamis dalam menerapkan pola permainan, kadang mengubah pola menjadi 4-1-4-1. Di pertandingan awal melawan Nigeria, pola yang dipakai adalah 4-2-3-1 dengan Modric dan Rakitic sebagai gelandang bertahan, lalu posisi sayap kanan ada Perisic, sayap kiri Rebic, AM/F Kramaric dan penyerang tunggal Mandzukic. Pola yang sama digunakan melawan Rusia dengan susunan pemain sama persis. Kebetulan dua lawan tersebut menggunakan skema yang sama sehingga harus dihadapi dengan cara yang sama pula.

Melawan Argentina, pola diubah menjadi 4-1-4-1 dengan DM (gelandang bertahan) Brozovic dan penyerang tunggal tetap Mandzukic. Di depan Brozovic ada duet Rakitic dan Modric di tengah, sementara sayap kiri diisi oleh Perisic dan kanan oleh Rebic. Pola serupa diterapkan juga melawan Denmark dengan susunan pemain tidak berubah. Uniknya melawan Islandia pola yang diterapkan agak aneh dengan skema pohon natal 4-3-2-1 dengan Kovacic-Modric-Badelj sebagai gelandang bertahan, lalu di depannya ada Perisic agak ke kiri tengah dan Pjaca di kanan tengah, dengan penyerang tunggal Kramaric.

Duel Dua Kiper Terbaik (Sumber: https://firstsport.com)
Duel Dua Kiper Terbaik (Sumber: https://firstsport.com)
Mengingat Perancis menggunakan pola 4-2-3-1, maka Kroasia diperkirakan akan menggunakan pola yang sama juga. Pertarungan seru akan terjadi di posisi gelandang bertahan, mampukah duet Modric dan Rakitic memotong pergerakan Mbappe-Griezmann-Matuidi. Demikian pula sebaliknya duet Pogba dan Kante memecah konsentrasi trio Perisic-Kramaric-Rebic. Saling serang antar kedua kesebelasan bakal terjadi dan pertandingan akan berjalan seru. Serangan balik yang cepat dan mematikan akan menjadi kunci kemenangan, siapa duluan baik bagi Perancis atau Kroasia karena menggunakan skema permainan yang relatif sama.

Tampaknya Giroud tetap akan menjadi striker siluman yang tugasnya merusak konsentrasi pertahanan lawan, bukan sebagai pencetak gol. Pogba dan Kante bersiap di belakang Griezmann dan Mbappe yang diperkirakan bakal dikawal ketat oleh kuartet Kroasia Vrsaljko-Lovren-Vida-Strinic. Sementara Kroasia tetap mengandalkan Mandzukic sebagai goal getter, dibantu tendangan jarak jauh Modric atau peluang sontekan dari Perisic dan Rebic yang sesekali bisa berada di tengah kotak penalti. Kramaric juga bisa berfungsi sebagai second striker manakala Mandzukic memperoleh pengawalan ketat.

"From the sublime to the ridiculous is but a step"

-Napoleon- (Dictionary.com)

Kesalahan kecil dapat membuat sebuah tim terjerembab. Perancis tentu berharap dapat menyelesaikan pertandingan dalam waktu normal karena mereka belum pernah sama sekali menyelesaikan pertandingan melebihi waktu normal, bahkan hingga adu penalti seperti Kroasia. Sebaliknya Kroasia bila kesulitan menembus pertahanan Perancis akan lebih banyak bertahan, sesekali menyerang balik sambil menunggu perpanjangan waktu untuk menguras energi pemain Perancis. Tinggal menunggu kelengahan lawan masing-masing, gol akan tercipta dengan segera. Siapa mencetak gol duluan hampir dipastikan jadi juara dunia.

Ingat, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda. Saksikan tontonan seru antara dua kesebelasan sebagai calon juara baru yang bakal meraih piala dunia. Ada dua pihak yang saling berharap, Kroasia ingin mencetak sejarah sebagai negara pecahan yang jadi juara untuk pertama kalinya, sementara Perancis berharap Deschamps berhasil jadi orang ketiga yang meraih piala dunia sebagai pemain dan pelatih. Semoga muncul juara yang benar-benar sejati untuk menghilangkan kesan 4L (lu lagi lu lagi) dan tim pengusung pragmatisme yang juara. Lalu akankah tragedi Yunani terulang kembali?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun