Masa depan Rakyat Indonesia semata-mata terletak di dalam bentuk suatu pemerintahan yang bertanggung jawab kepada rakyat dalam arti yang sebenar-benarnya karena hanya bentuk pemerintahan seperti itu saja yang bisa diterima oleh rakyat.
- Dr. Soetomo -

Setelah searching lewat google Maps, ketemulah tempat wisata terdekat selain tugu pahlawan, apalagi kalau bukan Museum Dr. Soetomo yang terletak di jalan Bubutan, tak jauh dari stasiun Pasar Turi.

Sebenarnya agak ragu juga saya melangkah karena jam masih menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit, apakah museum tersebut sudah buka. Saya hanya mondar-mandir saja di depan museum sambil foto-foto, sementara tukang kebun museum asyik sendiri menyiram tanaman.


Museum ini dimaksudkan untuk mengenang perjuangan Dr. Soetomo demi tercapainya cita-cita kemerdekaan Indonesia yang diwujudkan melalui pembentukan perkumpulan Boedi Oetomo.

Pembentukan IS inilah yang menjadi cikal bakal pembangunan Gedung Nasional Indonesia yang terdiri dari pendopo ini dan dua gedung lain di sebelah selatan dan utara pendopo. Idenya sendiri berasal dari Polandia yang membangun sebuah gedung sebagai tempat berkumpul rakyat untuk menyiapkan perjuangan merebut kemerdekaan ketika berada di pengungsian.

Agar lebih efektif menyebarkan semangat perjuangan merebut kemerdekaan, didirikanlah majalah berbahasa Jawa Panjebar Semangat yang hingga saat ini masih berkantor di halaman belakang gedung tersebut.Â
Media merupakan cara paling efektif untuk menyebarluaskan kampanye perjuangan mereka untuk meraih kemerdekaan. Mesin stensil yang dipajang di pendopo ini menjadi saksi hidup perjuangan Dr. Soetomo dan kawan-kawan.

Di sisi kiri ada tugu kecil berisi prasasti bertuliskan pidato Dr. Soetomo pada ulang tahun pertama IS. Di sisi kanan terdapat tugu nisan bertuliskan hari lahir dan kematian beliau, dan julukan beliau sebagai Bapak Pergerakan Nasional Indonesia.

Di lantai satu kita disuguhi cerita perjuangan beliau semasa hidupnya, mulai dari pembentukan Boedi Oetomo, pembangunan Gedung Nasional Indonesia, hingga kehidupan pribadinya termasuk pernikahannya dengan Everdina J. Broering yang masih keturunan Belanda.Â
Di ruangan ini juga dilengkapi dengan peta pulau Jawa yang terdapat pada meja segilima di tengah ruangan. Ruangannya agak sempit namun informasi yang disajikan cukup banyak sehingga agak sulit mengambil sudut foto yang bagus.Â

Koleksinya cukup lengkap mulai dari kursi pasien, meja praktik, lemari tempat menyimpan aneka perlatan kedokteran zaman dulu, hingga mikroskop dan alat tensi darah. Rupanya Dr. Soetomo merupakan dokter spesialis kulit dan kelamin sehingga meja pasiennya agak unik bentuknya. Di sini juga terdapat meja kursi tempat nangkring para pejuang saat kumpul di paviliun ini.

Semoga ide Ibu Wali Kota Surabaya dapat dicontoh oleh pemerintah daerah lainnya dan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membangun dan merenovasi kembali bangunan-bangunan bersejarah menjadi museum sebagai pengingat generasi muda akan perjuangan bangsanya di masa lampau.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI