Lagipula apakah cahaya lampu PJU mampu menembus kolong jembatan, saya juga tidak tahu persis. Jangan-jangan itu mobil jadi-jadian, karena setelah saya masuk ke dalam mobil dan berlalu meninggalkan jembatan, ketika saya tengok ke belakang mobil tersebut tak tampak lagi beserta para penumpangnya. Hanya cahaya lampu menyisakan misteri siapa saja yang pernah melintasi jembatan tersebut.
Tidak ada yang tahu pasti kapan jembatan tersebut pertama kali dibangun. Namun sejak jaman Belanda jembatan tersebut sudah ada dan menjadi satu-satunya penghubung antara Mamuju dan Majene.Â
Sekarang sebutannya menjadi jembatan kuning setelah direnovasi pemerintah dan diberi warna cat kuning. Sejak renovasi selesai, jembatan ini menjadi obyek wisata warga setempat di siang hari.
Di tengah perjalanan kami beristirahat sebentar di daerah Sendana, di sebuah rumah makan tepi pantai yang eksotis. Jangan lupa, pantai di sekitar sini juga menyimpan misteri jatuhnya pesawat Adam Air di perairan laut Sulawesi.Â
Beberapa serpihannya terdampar di pantai barat Majene dan sudah diamankan oleh penduduk setempat. Rencananya di tempat ini akan dibangun Monumen Adam untuk memperingati para korban jatuhnya pesawat tersebut.
Bahkan untuk membawa saya pun tidak sanggup karena terlalu lebar badannya. Saking kecilnya, si pengayuh becaknya malah lebih besar daripada becaknya itu sendiri.
Semoga ke depan ada perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah untuk mengelola potensi obyek wisata tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H