Tidak ada kreativitas pemain tengah seperti Ozil atau Kross untuk melancarkan tembakan jarak jauh seperti Matthaeus. Timo Werner sebagai ujung tombak tidak mampu berbuat apa-apa, larinya tidak sekencang Klinsmann, kepalanya lembek tidak seperti Klose, kakinya juga lemah tidak seperti Rummenigge.
Thomas Mueller juga seperti keberatan beban saudara semarganya Gerd Mueller yang berhasil mengharumkan nama Jerman di Piala Dunia 1970-1974. Nomor boleh disamakan, tapi prestasi masih ketinggalan. Mats Hummel tidak segarang Kohler si tukang jagal, beberapa kali luput mengawal pemain Korea yang lolos dari perangkap.
Kreativitas individulah yang sebenarnya menolong Jerman di masa lalu walau harus bermain dengan pola itu-itu saja. Sekarang ini sudah tidak tampak lagi kreativitas itu di timnas Jerman.Â
Reus atau Khedira tidak berani melancarkan roket seperti Matthaeus atau Ballack. Hector selalu kalah lari dari penyerang Korea, tidak seperti Brehme atau Ziege yang sigap menangkal serangan sekaligus melancarkan serangan balik mematikan ke gawang lawan.
Selamat jalan Jerman, kalian memang belum pantas untuk melaju, bukan sekedar kutukan juara dunia semata, tapi miskin kreativitaslah yang membunuh peluang lanjut ke babak kedua.Â
Semoga pelatih berikutnya bisa mengubah pola permainan yang membosankan menjadi lebih atraktif dan menarik untuk ditonton seperti tim-tim dari Amerika Latin. Ingat, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda, biarlah Jerman merenungi nasibnya sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI