Tulisan saya beberapa waktu lalu benar-benar membuktikan bahwa Jerman sudah kehilangan ciri khas staying power-nya. Memang saat lawan Swedia semangat tersebut sempat muncul, namun malam ini Jerman kembali kehilangan nyawa seperti saat melawan Meksiko pada laga pertama.Â
Nyaris tidak ada serangan yang membahayakan, padahal Swedia sudah berusaha menolong dengan kemenangan telak 3-0 atas Meksiko.
Jujur, saya gemas melihat Jerman hanya kutak kutik bola tanpa ancaman berarti ke gawang Korea. Pemain cuma umpan bola kiri kanan depan belakang tanpa ada upaya untuk mencetak gol. Benar-benar tontonan membosankan dan membuang waktu saja.
* * * *
Dari dulu, permainan Jerman memang tidak pernah enak untuk ditonton. Cara mainnya seperti baca buku, terlalu mengandalkan possesion ball dengan permainan dari kaki ke kaki. Nyaris tidak ada kreativitas seperti Brasil atau kecepatan seperti Inggris.Â
Beruntung zaman itu ada Matthaeus yang terkenal dengan tendangan geledeknya yang mencapai 160 km/jam, Klinsmann yang jago sprint hingga 11 detik per 100 meter, atau Klose dengan kepala batunya yang membuatnya nangkring di puncak pencetak gol terbanyak piala dunia sepanjang masa.
Di belakang, ada legenda Beckenbauer yang menjaga pertahanan, Breitner si anjing pengawal ketat Cruyff, atau Brehme dengan tackle mautnya.Â
Selain itu masih ada Ziege yang mampu mengejar bola dari belakang hingga ke garis depan. Di garis gawang sendiri dikawal oleh si laba-laba Maier yang dilanjutkan oleh Schumacher dan Oli Kahn yang tegar mengawal gawang dari gempuran lawan.
Permainan Jerman nyaris tidak pernah berubah sejak saya kecil jaman Rummenigge hingga dipimpin oleh Neuer. Possesion football dan umpan pendek dari kaki ke kaki menjadi ciri khas yang akhirnya justru membuat lawan mudah membaca sekaligus mematahkan serangannya.Â
Cukup keroyokan di depan gawang, lalu ciptakan serangan balik, selesai sudah urusan. Hampir semua gol yang bersarang di gawang Jerman terjadi akibat kecerobohan bek yang tidak fokus menjaga lawan.
Permainan yang sudah terbaca tersebut tidak segera diubah polanya, malah terkesan dibiarkan oleh Loew tanpa ada variasi serangan. Serangan hanya mengandalkan sayap kiri dan kanan, lalu angkat ke tengah dengan harapan ada kepala nongol jadi gol.Â