Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Melongok Penangkaran Buaya Terbesar Indonesia di Kota Medan

10 Juni 2018   22:32 Diperbarui: 11 Juni 2018   20:59 4367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang lebih mengenal Medan dengan wisata kulinernya, seperti durian, bolu, bika ambon, mie, dan sebagainya. Sementara untuk wisata budaya dan sejarah ada Istana Sultan Maimun dan Masjid Raya Al Mashun sebagai ikonnya. 

Namun jarang orang luar tahu bahwa di Medan terdapat penangkaran buaya yang luar biasa besar, bahkan Taman Safari atau kebun binatang lainnya pun kalah besar dari yang satu ini.

Hebatnya lagi penangkaran ini dikelola oleh swasta perorangan, bukan pemerintah atau perusahaan padahal biaya perawatannya cukup besar.

Bagian Depan Rumah Tempat Penangkaran (Dokpri)
Bagian Depan Rumah Tempat Penangkaran (Dokpri)
Lokasinya berada di pinggiran kota, tepatnya di daerah Asam Kumbang, di jalan Bunga Raya II, tak jauh dari jalan ring road barat Kota Medan.

Sekilas tak ada yang istimewa dari penangkaran buaya ini. Tempatnya berada di tengah-tengah perumahan masyarakat sehingga tak tampak terlalu mencolok. Begitu masuk halaman juga penampakannya kurang meyakinkan, seperti bangunan tua kurang terawat baik. Dari depan tampak rumah tua biasa seperti tetangganya yang lain, malah cenderung seperti bedeng tak terurus.

Lobby Tempat Penangkaran yang Sederhana (Dokpri)
Lobby Tempat Penangkaran yang Sederhana (Dokpri)
Namun begitu masuk ke dalam pagar di sebelah kanan loket yang bersatu dengan kantornya, baru kita akan berdecak kagum. Bagaimana tidak, di sini tinggal ribuan buaya baik yang berada di kolam-kolam penangkaran maupun yang berada di danau kecil yang airnya berwarna hijau.

Mulai dari yang berusia tiga tahun hingga 43 tahun ada di sini. Beberapa ekor buaya dikelompokkan menurut umurnya dan ditempatkan di kolam-kolam khusus yang dapat dilihat langsung oleh pengunjung.

Jalan Masuk di Antara Kolam-Kolam Buaya (Dokpri)
Jalan Masuk di Antara Kolam-Kolam Buaya (Dokpri)
Sementara di luar kolam-kolam yang ada di halaman belakang, buaya-buaya lainnya memenuhi danau kecil yang berada di sebelah kanan kolam. Di atas danau tampak burung-burung beterbangan mengitari buaya-buaya yang kelaparan di bawah. 

Kita bisa memberi makan buaya-buaya tersebut dengan membeli bebek seharga 35 Ribu Rupiah. Namun untuk memberi makan kita harus didampingi oleh pawang karena dikhawatirkan buaya menjadi buas karena kelaparan dan harus berebut makanan. Salah-salah malah kita yang dimakan, bukan umpan yang kita bawa.

Danau Berisi Buaya dan Burung-Burung Terbang di Atasnya (Dokpri)
Danau Berisi Buaya dan Burung-Burung Terbang di Atasnya (Dokpri)
Walaupun kita bisa melongok-longok kolam buaya dari atas pagar, tapi kehati-hatian tetap diperlukan. Sekilas memang tampak buaya sedang tidur atau anteng seperti tak peduli.

Namun bila merasa terganggu, buaya tersebut bisa langsung mengejar mangsanya dan menarik kita yang berada di luar pagar kalau tidak hati-hati walaupun pagarnya cukup tinggi. 

Jadi tetap berhati-hati saat melihat-lihat atau mengambil foto buaya, tetaplah waspada dan siap setiap saat ada serangan. Mau berfoto dengan buaya juga bisa, tapi harus didampingi pawang agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

Buaya Danau Siap Menelan Mangsanya (Dokpri)
Buaya Danau Siap Menelan Mangsanya (Dokpri)
Menurut sejarahnya, kolam ini didirikan pertama kali oleh Lo Than Muk pada tahun 1959 bersama istrinya yang mengambil buaya dari rawa-rawa yang ada di sekitar Medan. 

Awalnya hanya beberapa ekor saja yang dipelihara, namun lama kelamaan beranak pinak dan menjelma hingga berjumlah lebih dari 3000 ekor saat ini. Sekarang usahanya dilanjutkan oleh kedua anaknya hingga saat ini. 

Buaya Berusia 24 Tahun (Dokpri)
Buaya Berusia 24 Tahun (Dokpri)
Kalau hari biasa seperti saat saya bertandang, pengunjung tidak terlalu ramai. Namun menurut pemiliknya, setiap libur parkiran yang tidak terlalu luas selalu penuh dan ramai dikunjungi wisatawan.

Sayang tempatnya kurang dirawat dengan baik oleh pemiliknya, sehingga tampak kusam. Mungkin biaya operasional untuk memelihara buaya terlalu besar sehingga pendapatannya habis hanya untuk memberi makan buaya-buaya tersebut.

Peringatan Untuk Tidak Meletakkan Tangan di Atas Kolam (Dokpri)
Peringatan Untuk Tidak Meletakkan Tangan di Atas Kolam (Dokpri)
Berkunjung ke sini memang mengasyikkan sekaligus menengangkan. Asyik karena melihat buaya-buaya sedang bersantai, sebagian lagi tampak kelaparan dan siap memangsa makanan yang diberikan. 

Pantas saja ada sebutan buaya darat, karena sifat asli buaya yang selalu lapar untuk menerkam mangsanya tanpa pandang bulu. Bagi orang luar dari Medan, belum lengkap rasanya travelling kalau belum mampir ke tempat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun