Orang lebih mengenal Medan dengan wisata kulinernya, seperti durian, bolu, bika ambon, mie, dan sebagainya. Sementara untuk wisata budaya dan sejarah ada Istana Sultan Maimun dan Masjid Raya Al Mashun sebagai ikonnya.Â
Namun jarang orang luar tahu bahwa di Medan terdapat penangkaran buaya yang luar biasa besar, bahkan Taman Safari atau kebun binatang lainnya pun kalah besar dari yang satu ini.
Hebatnya lagi penangkaran ini dikelola oleh swasta perorangan, bukan pemerintah atau perusahaan padahal biaya perawatannya cukup besar.
Sekilas tak ada yang istimewa dari penangkaran buaya ini. Tempatnya berada di tengah-tengah perumahan masyarakat sehingga tak tampak terlalu mencolok. Begitu masuk halaman juga penampakannya kurang meyakinkan, seperti bangunan tua kurang terawat baik. Dari depan tampak rumah tua biasa seperti tetangganya yang lain, malah cenderung seperti bedeng tak terurus.
Mulai dari yang berusia tiga tahun hingga 43 tahun ada di sini. Beberapa ekor buaya dikelompokkan menurut umurnya dan ditempatkan di kolam-kolam khusus yang dapat dilihat langsung oleh pengunjung.
Kita bisa memberi makan buaya-buaya tersebut dengan membeli bebek seharga 35 Ribu Rupiah. Namun untuk memberi makan kita harus didampingi oleh pawang karena dikhawatirkan buaya menjadi buas karena kelaparan dan harus berebut makanan. Salah-salah malah kita yang dimakan, bukan umpan yang kita bawa.
Namun bila merasa terganggu, buaya tersebut bisa langsung mengejar mangsanya dan menarik kita yang berada di luar pagar kalau tidak hati-hati walaupun pagarnya cukup tinggi.Â
Jadi tetap berhati-hati saat melihat-lihat atau mengambil foto buaya, tetaplah waspada dan siap setiap saat ada serangan. Mau berfoto dengan buaya juga bisa, tapi harus didampingi pawang agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Awalnya hanya beberapa ekor saja yang dipelihara, namun lama kelamaan beranak pinak dan menjelma hingga berjumlah lebih dari 3000 ekor saat ini. Sekarang usahanya dilanjutkan oleh kedua anaknya hingga saat ini.Â
Sayang tempatnya kurang dirawat dengan baik oleh pemiliknya, sehingga tampak kusam. Mungkin biaya operasional untuk memelihara buaya terlalu besar sehingga pendapatannya habis hanya untuk memberi makan buaya-buaya tersebut.
Pantas saja ada sebutan buaya darat, karena sifat asli buaya yang selalu lapar untuk menerkam mangsanya tanpa pandang bulu. Bagi orang luar dari Medan, belum lengkap rasanya travelling kalau belum mampir ke tempat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H