Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mitos dan Fakta Seputar Travelling Saat Ramadhan

2 Juni 2018   05:02 Diperbarui: 2 Juni 2018   07:55 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar orang tentu senang travelling alias jalan-jalan baik sekedar untuk melepas stress atau memang menjadi bagian dari pekerjaan. Namun jalan-jalan di bulan puasa biasanya sangat dihindari oleh travellers kecuali wisata religi atau ziarah ke tempat tertentu. Seolah-olah bulan puasa merupakan hambatan utama para travellers untuk beraktivitas karena harus menahan lapar dan haus di siang hari, padahal justru di siang hari itulah saat paling asyik jalan-jalan. Lalu apa sajakah mitos dan fakta seputar travelling saat bulan puasa? Simak penjelasan berikut di bawah ini:

1. Travelling itu melelahkan

Sekilas anggapan itu benar adanya. Jalan-jalan di bulan puasa membuat tubuh cenderung cepat lelah, apalagi di tengah teriknya panas mentari. Kita juga cepat terkena dehidrasi apabila berjalan terus menerus selama lebih dari satu jam. Namun berdasarkan pengalaman saya, yang terpenting adalah kemampuan mengatur ritme kerja. Untuk menghindari tubuh cepat lelah, sebaiknya diatur kapan harus jalan kapan harus berhenti.

Biasanya saya jalan di pagi hari atau sore hari serta menghindari siang hari saat matahari tengah panas-panasnya. Bekerja di pagi hari membuat tubuh siap untuk bergerak dan mengurangi rasa kantuk yang amat sangat setelah sahur. Tubuh yang tadinya lemas justru menjadi segar karena dibawa jalan-jalan. Setelah siang istirahat sejenak dengan tidur atau leyeh-leyeh, sorenya saya bergerak lagi untuk ngabuburit hingga menjelang buka puasa.

Baca juga: Tetap Kuat Meraba Bukit Susulaku Saat Puasa

2. Travelling dapat membatalkan puasa

Semua tergantung niat dan iman kita. Kalau kita yakin kuat berpuasa saat jalan-jalan, keyakinan itulah yang membawa kita tetap berpuasa hingga azan Maghrib tiba. Tapi kalau iman kita lemah, setengah haripun pasti sudah tidak kuat berpuasa. Dari saya kecil hingga sekarang, setiap pulang kampung atau perjalanan dinas ke luar kota, saya tetap berpuasa meski harus menahan haus yang amat sangat. Walaupun dibolehkan untuk tidak berpuasa saat travelling atau perjalanan jauh, namun sebaiknya tetap berpuasa agar tidak perlu pusing mencari waktu pengganti puasa di hari biasa.

3. Banyak makan minum saat sahur

Sebenarnya tubuh sudah mengatur sendiri berapa volume makanan yang masuk untuk dapat bertahan hingga azan Maghrib tiba. Waktu remaja saya berpikiran bahwa banyak makan dan banyak minum akan menguatkan tubuh saat puasa. Ternyata dugaan itu salah, karena justru kelebihan makanan dan minum dalam tubuh langsung diekstrak untuk dibuang. Jadi jangan heran kalau banyak minum malah jadi beser alias sering ke toilet karena terlalu banyak air tersisa. Demikian pula makanan terlalu banyak juga membuat kita jadi sering BAB.

Baca juga: Serba Panas dan Manis saat Sahur

4. Banyak bergerak membuat tubuh lemas

Seperti point 1 di atas, sekilas memang benar. Namun faktanya berkata sebaliknya, kalau kebanyakan tidur atau diam justru membuat tubuh cepat lemas dan kepala pusing. Cobalah setelah sahur tidur sejenak, saat bangun kepala malah pusing. Beda bila setelah sholat subuh kita bergerak, justru tubuh terasa semakin segar. Lemas baru terasa saat berhenti sejenak setelah berjalan-jalan jauh. 

5. Lebih boros dalam perjalanan

Jalan-jalan di bulan puasa seolah membuat pengeluaran jadi lebih besar terutama untuk membeli kenyamanan di siang hari. Biasanya kita berjalan kaki jadi naik taksi atau menyewa kendaraan. Malam harinya kita balas dendam makan dan minum dengan porsi dua kali lipat dari biasanya. Padahal justru di bulan puasa kita bisa lebih berhemat saat jalan-jalan, paling tidak mengurangi jatah makan pagi dan siang, asalkan kita tetap berlaku normal, tidak perlu sewa mobil dan sebagainya.

6. Menghindari perjalanan jauh

Banyak orang menghindari perjalanan jarak jauh apalagi jalan darat di siang hari dengan berpuasa. Biasanya mereka jalan malam hari atau terpaksa tidak berpuasa di siang hari terutama saat mudik. Padahal sebenarnya tidak terlalu masalah melakukan perjalanan jauh saat sedang berpuasa selama bisa mengatur ritme perjalanan. Jangan terlalu memforsir tubuh dan kendaraan dari pagi hingga sore hari tanpa berhenti, atau cari alasan untuk tidak berpuasa di siang hari.

* * * *

Jadi kesimpulan saya, bulan puasa tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas travelling. Saya sendiri tetap jalan-jalan karena memang sudah tugas kantor atau mudik lebaran. 

Keep travelling everywhere when fasting

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun