Pada zaman orde baru dulu, BULOG dikenal sebagai lumbung beras nasional yang mengumpulkan beras untuk memenuhi stok dalam negeri. Tugas BULOG kala itu adalah menstabilkan harga beras serta menjaga stok beras dari kelangkaan agar tetap terjangkau oleh masyarakat. Bustanil Arifin adalah Kepala kepala BULOG yang pertama dan paling terkenal sepanjang sejarahnya.
Walau demikian, sebenarnya tugas BULOG tidaklah semata menstabilkan harga beras, tapi juga komoditas pangan lain namun perannya tidak terlalu terlihat pada masa itu. Setelah reformasi, BULOG yang awalnya hanyalah sebuah lembaga pemerintah non departemen diubah menjadi perusahaan umum (Perum) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2003. Perubahan ini dimaksudkan agar BULOG lebih leluasa untuk bergerak, tidak sekedar menjaga stok beras semata.
Sejak berubah menjadi Perum, BULOG tidak hanya sekedar berfungsi sebagai pengendali stok pangan sesuai penugasan pemerintah saja, tetapi juga sebagai perusahaan yang bersifat komersial yaitu harus mengambil keuntungan dari produk yang dibuat dan dipasarkan. Jadi saat ini BULOG berada di dua kaki, satu sisi harus menjalankan fungsi sebagai stabilisator stok dan harga pangan, di sisi lain harus mencari keuntungan sebagai perusahaan komersial.
Lalu, masih relevankah keberadaan BULOG di masa kini? Di era ekonomi kapitalis sekarang ini dimana pasar menjadi penentu utama harga, BULOG berperan penting untuk stabilisasi harga serta menjaga ketersediaan stok bahan pangan.
Di saat panen tiba, harga bisa tiba-tiba anjlok dan disinilah peran BULOG untuk membeli harga lebih tinggi dari petani sekaligus menyimpan stok bahan pangan. Lalu di saat paceklik, BULOG berperan mengeluarkan stok agar harga tetap stabil dan terjangkau oleh masyarakat khususnya yang berpenghasilan rendah.
Berdasarkan Perpres Nomor 48 Tahun 2016, BULOG bertugas untuk menjaga ketersediaan bahan pangan pokok yaitu beras, jagung, dan kedelai. Di samping itu BULOG dan BUMN lain yang ditugasi kementerian juga harus siap sedia menjaga stok gula, minyak goreng, tepung terigu, bawang merah, cabe, daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam, baik produksi sendiri maupun impor.
Untuk produk ManisKITA, bentuknya berupa gula putih yang sudah dibersihkan sehingga tampak jernih dan layak untuk dikonsumsi. Gulanya diperoleh dari perasan tebu murni yang diolah sehingga menghasilkan kristal yang kasar dan berwarna agak kuning. Namun rasanya manis saat dipadu dengan teh atau kopi sebagai teman makan gorengan di sore hari.
BerasKITA sendiri memang benar-benar premium, bulirnya pas tidak terlalu pera tapi juga tidak terlalu lembek, jadi benar-benar enak untuk dimakan. Beras ini merupakan varian dari IR64 dengan kualitas tinggi dan dijamin tanpa pemutih, pengawet, dan pewangi. MinyakGorengKITA yang dijual dalam volume 1 liter mengandung Vitamin A dan E serta kandungan lemak jenuh rendah sehingga tidak terasa bau tengik. Minyak gorengnya terasa gurih apalagi dipadu dengan tepung TeriguKITA saat menggoreng tahu atau tempe. Sementara produk TeriguKITA cocok untuk melapisi tempe dan tahu serta gorengan lainnya. Tepungnya halus dan benar-benar putih bersih, apalagi kalau sudah digoreng dengan MinyakKITA, rasanya benar-benar gurih.
Untuk mempercepat pemasaran produk KITA, BULOG juga menawarkan konsep Rumah Pangan Kita atau disingkat RPK. Hanya dengan modal  5 juta Rupiah, kita sudah bisa mendapatkan produk KITA untuk dijual kembali kepada masyarakat dengan pengantaran gratis sampai di tempat.
Sayap BULOG semakin melebar tidak hanya memperdagangkan komoditi pangan saja, tetapi juga merambah pada jasa-jasa lain yang terkait dengan pangan. Usaha lain yang dilakoni BULOG antara lain jasa distribusi barang, jasa pergudangan dan logistik, hingga jasa produksi dan retail. BULOG juga bekerja sama dengan distributor dan retail lain untuk memperluas jaringan pemasarannya, seperti dengan jaringan TransMart dan Carrefour.