Jadi wajarlah kalau banyak backpacker asal negeri bule yang bertebaran dalam waktu lama karena memang jatah cutinya cukup panjang, ditambah hari nonkerja. Jadi kalau ditotal bisa sebulan penuh mereka berlibur. Liburan yang cukup membuat tubuh menjadi segar dan siap menghadapi tantangan baru.
Kembali ke persoalan cuti bersama, saya kira tidak ada salahnya dalam setahun ada waktu jeda antara 7-10 hari libur tidak hanya untuk merayakan hari lebaran saja, tapi juga untuk menyeimbangkan pola hidup yang terlalu fokus pada pekerjaan agar bisa menikmati hidup barang sejenak.Â
Bagi pengusaha juga jangan hanya memikirkan keuntungan riil semata, tapi juga keuntungan lain karena mesin-mesin industri bisa beristirahat sejenak, serta memaksa karyawan untuk berlibur guna mengurangi tingkat stres akibat waktu kerja (termasuk pulang-pergi kantor) yang berlebihan.Â
Saya khawatir polarisasi yang terjadi belakangan ini disebabkan oleh kurangnya berlibur dan terlalu banyak hari kerja sehingga menimbulkan stres yang berlebihan.
Kelebihan stres disalurkan dengan mem-bully di medsos atau mengenakan kaos entah #gantipresiden atau #diapunyakerja, atau memasang spanduk meraih kenangan yang belum bisa dimiliki.
Sebaiknya, salurkan stres dengan berlibur sambil mengenal hal-hal baru di belahan bumi lain ketimbang ngemeng ngalor ngidul ngga jelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H